Pahami Penyebab Keracunan Kehamilan dan Dampaknya untuk Bunda Serta Janin

Sedang Trending 10 bulan yang lalu

Jakarta -

Bunda pernah dengar istilah keracunan kehamilan? Istilah ini sebenarnya merujuk pada kondisi medis nan disebut toxemia namalain preeklamsia.

Menurut ulasan di laman University Hospital Zürich, keracunan kehamilan namalain preeklamsia merupakan komplikasi nan berpotensi menakut-nakuti jiwa ibu dan mempengaruhi sekitar satu hingga lima persen dari seluruh kehamilan. Gejala keracunan kehamilan biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 sampai 24 minggu, dan sering kali menjelang akhir kehamilan.

Di Indonesia, preeklamsia menjadi salah satu penyebab terbanyak kematian ibu, di samping perdarahan dan infeksi. Mengetahui penyebabnya sangat krusial untuk mencegah akibat pada ibu dan janin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Apa itu keracunan kehamilan?

Keracunan kehamilan namalain preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan nan ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam urine, dan tanda-tanda kerusakan organ lainnya, seperti muncul nyeri di perut, pembengkakan tiba-tiba pada wajah, tangan dan kaki, serta penglihatan kabur.

"Preeklamsia disebut juga 'peniru nan hebat'. Ini lantaran dia bisa muncul dengan tanda tekanan hipertensi namalain nyeri di perut namalain banyak indikasi non-spesifik lainnya nan sering dialami sepanjang waktu. Sulit untuk mengatakan jika 'tanda ini' kudu diwaspadai pada preeklamsia," kata Dokter mahir Obstetri dan Ginekologi di Minnesota Perinatal Physicians dari Allina Health di Minneapolis, Donald Wothe, MD, dilansir The Bump.

Meski gejalanya susah dikenali, bukan berfaedah tidak bisa terdeteksi ya, Bunda. Pemeriksaan rutin ke master diperlukan untuk mengetahui tekanan darah selama kehamilan dan apakah gangguan hipertensi berkembang namalain tidak. Pemeriksaan medis lain juga dapat dilakukan, seperti identifikasi protein tertentu dalam urine nan merupakan parameter preeklamsia.

Penyebab keracunan kehamilan

Penyebab pasti keracunan kehamilan namalain preeklamsia belum diketahui pasti, Bunda. Tetapi, banya mahir berteori bahwa preeklamsia bermulai dari plasenta dan pembuluh darah plasenta.

"Ada kesepakatan nan cukup umum bahwa perihal ini berasosiasi dengan kelainan perkembangan plasenta pada awal kehamilan," ujar asisten pembimbing besar pengetahuan kebidanan, ginekologi, dan reproduksi klinis di Lewis Katz School of Medicine di Temple University, Laura Hart, MD, dikutip dari Parents.

Bila penyebabnya belum diketahui pasti, ada beberapa aspek akibat nan berangkaian dengan preeklamsia. Berikut fektor-faktor risikonya:

  • Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun namalain lebih dari 35 tahun.
  • Berat badan berlebih namalain obesitas.
  • Memiliki kondisi medis tertentu sebelum hamil, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit ginjal, lupus, namalain kelainan autoimun.
  • Menjalani kehamilan nan pertama.
  • Riwayat family mengalami preeklamsia.
  • Kehamilan lebih dari satu janin (kembar).
  • Menjalani perawatan kesuburan, seperti program bayi tabung.

Dari segi ras, wanita Afrika-Amerika mempunyai kesempatan lebih tinggi terkena preeklamsia dibandingkan wanita dari ras lainnya.

Ilustrasi Tes Darah dan Tensi Ibu HamilIlustrasi Tes Darah dan Tensi Ibu Hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/

Dampak keracunan kehamilan pada ibu hamil

Keracunan kehamilan nan tidak diobati dapat menyebabkan kondisi nan menakut-nakuti nyawa, Bunda. Salah satu dampaknya adalah sindrom HELLP, adalah suatu kondisi nan memengaruhi pemecahan sel darah merah, pembekuan darah, dan kegunaan hati.

Preeklamsia nan tak diobati juga dapat menimbulkan tegang namalain eklamsia. Pada akhirnya, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan organ pada ibu hamil.

Dampak keracunan kehamilan pada janin

Selain pada ibu hamil, keracunan kehamilan juga bisa berakibat jelek pada janin. Preeklamsia berpotensi memengaruhi pertumbuhan bayi di dalam kandungan, sehingga dapat menyebabkan berat badan lahir rendah.

"Karena ada masalah pada aliran darah dan tekanan darah, plasenta tida berfaedah sebagaimana mestinya. Ini (berat badan lahir) mungkin lebih mini dari nan diperkirakan," kata Dokter mahir Obstetri dan Ginekologi, Isabelle Cohen, MD.

Preeklamsia nan berat juga dapat menyebabkan kelahiran prematur, Bunda. Meski sangat jarang terjadi, preeklamsia dikhawatirkan bisa menyebabkan masalah lain, seperti solusio plasenta, adalah ketika plasenta lepas dari tembok rahim sebelum bayi lahir. Solusio plasenta bisa berakibat fatal bagi bayi.

Gejala keracunan kehamilan

Seperti dijelaskan sebelumnya, indikasi keracunan kehamilan mungkin susah dibedakan dengan indikasi sakit pada umumnya. Gejala juga biasanya jarang muncul setelah usia 20 minggu kehamilan.

Tanda-tanda awal keracunan kehamilan nan paling umum adalah tekanan hipertensi (lebih dari 140/90 mmHg) dan ditemukannya protein dalam urine. Sementara pada kasus keracunan kehamilan nan berat, indikasi nan timbul mungkin lebih berat lagi. Berikut beberapa gejalanya:

  • Tekanan hipertensi lebih dari 160/100 mmHg
  • Sakit kepala nan parah dan terus-menerus
  • Penglihatan berubah, termasuk kehilangan penglihatan sementara, penglihatan kabur, namalain sensitif terhadap cahaya
  • Mual dan muntah di pertengahan dan akhir kehamilan
  • Sakit perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk kanan
  • Urine nan keluar sedikit saat buang air kecil
  • Kelainan darah, seperti trombosit nan rendah
  • Kenaikan berat badan secara tiba-tiba
  • Bengkak, terutama di wajah dan tangan
  • Gangguan ginjal hingga sesak napas

Penanganan keracunan kehamilan

Tida ada obat untuk kasus keracunan kehamilan namalain preeklamsia, Bunda. Jika kasusnya ringan, Bunda mungkin bakal diminta rehat total di rumah dan perlu sering memeriksakan diri ke master untuk melakukan tes, seperti tes urine, USG, dan pemantauan dengap jantung janin. Dokter juga biasanya bakal meresepkan obat untuk menjaga tekanan darah tetap stabil.

Pada kasus preeklamsia nan parah, master biasanya bakal memberikan dosis magnesium sulfat untuk mencegah timbulnya kejang. Jenis obat-obatan lain juga mungkin diberikan untuk mematangkan organ paru-paru bayi untuk mengatisipasi persalinan dini.

Jika Bunda didiagnosis preeklamsia sebelum tanggal perkiraan lahir, kemungkinan besar master bakal menangani gejala, silam memantau kondisi Bunda dan bayi dengan cermat. Dokter bakal berupaya menjaga kehamilan agar sedekat mungkin dengan usia 34 minggu namalain sampai siap untuk melahirkan.

"Tidak ada langkah untuk membalikkan preeklampsia. Satu-satunya obat nan betul adalah dengan melahirkan bayi dan plasenta," ujar Wothe.

Demikian penjelasan tentang keracunan kehamilan dan dampaknya pada ibu serta janin. Semoga info ini berfaedah ya, Bunda.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

Selengkapnya
Sumber Info Kesehatan Kincaimedia
Info Kesehatan Kincaimedia