– Bagaimana norma nyanyian dengan menggunakan ayat suci Al-Qur’an? Pasalnya, pada akhir-akhir ini telah tumbuh group musik nan membawakan lagu nan syairnya diambil dari terjemahan ayat-ayat suci Al-Quran. lantas gimana hukumnya?
Menurut Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia [MUI] dalam sidangnya pada tanggal 3 Desember 1983 M, di Jakarta, bahwa melagukan ayat-ayat suci Al-Qur’an kudu mengikuti ketentuan pengetahuan tajwid. Melagukan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan mengikuti ketentuan pengetahuan tajwid bakal dapat menjaga makna dan pesan nan terkandung dalam ayat-ayat tersebut.
Lebih lanjut, menurut MUI boleh menyanyikan alias melagukan terjemahan Al-Qur’an, lantaran terjemahan Al-Qur’an tidak termasuk norma Al-Qur’an. Kendati demikian, tentu saja, dalam menyanyikan alias melagukan terjemahan Al-Qur’an, kita kudu tetap menjaga etika dan etika. Kita kudu menghindari hal-hal nan dapat mengurangi kesakralan Al-Qur’an.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Yasin [36] ayat 69, Allah berfirman;
وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗ ۗاِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ
Artinya; Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Nabi Muhammad) dan (bersyair) itu tidaklah layak baginya. (Wahyu nan Kami turunkan kepadanya) itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Al-Qur’an nan jelas.
Demikian juga dalam sabda Rasulullah SAW;
- Advertisement -
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ بِلُحُونِ الْعَرَبِ وأَصْوَاتِها، وَإِيَّاكُمْ ولُحُونَ أَهْلِ الْكِتَابَيْنِ، وَأَهْلِ الْفسقِ، فَإِنَّهُ سَيَجِيءُ بَعْدِي قَوْمٌ يُرَجِّعُونَ بِالْقُرْآنِ تَرْجِيعَ الْغِنَاءِ وَالرَّهْبَانِيَّةِ وَالنَّوْحِ، لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، مفتونةٌ قُلُوبُهُمْ، وقلوبُ مَنْ يُعْجِبُهُمْ شَأْنُهُمْ
Artinya; “Bacalah Al-Qur ‘an dengan style bahasa orang-orang Arab. Dan janganlah dengan style bahasa orang Yahudi dan orang Nasrani dan orang-orang nan fasik. Sesungguhnya bakal datang sesudah ku orang-orang yang melagukan Al-Qur ‘an semacam lagu nyanyian, lagu penyembahan patung, dan lagu berteriak-teriak. Apa nan mereka baca tidak melalui tenggorokan mereka, ialah tidak sampai ke hati. Hari mereka terkena tuduhan dan juga terkena tuduhan hari orang-orang nan membanggakan keadaan mereka”
Dengan demikian, berasas fatwa MUI, menyanyikan terjemahan Al-Qur’an boleh, lantaran terjemahan Al-Qur’an tidak termasuk norma Al-Qur’an. Terjemahan Al-Qur’an hanya bermaksud untuk memudahkan umat Islam dalam memahami makna Al-Qur’an.
Demikian penjelasan mengenai norma nyanyian dengan menggunakan ayat suci Al-Qur’an. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Fatwa MUI tentang Makanan Bercampur dengan Barang Najis]