Jakarta -
Memiliki hubungan nan baik dengan mertua itu kemauan setiap menantu. Terutama selama kehamilan, lantaran Bunda memerlukan support emosional. Namun, terkadang hubungan bisa menjadi susah lantaran perbedaan pendapat. Demi menghindari drama, langkah ini dapat menjalin hubungan baik dengan mertua selama kehamilan, Bunda.
Setiap mertua itu berbeda, dan tidak semua Bunda kudu menghadapi drama dengan mertua.
"Jika kita merasa dekat, maka kita bakal terus berupaya menjalin ikatan dengan mertua kita. Tapi, itu memerlukan waktu dan emosi," kata peneliti sosial Terri Orbuch dikutip dari The Chicago Tribune.
Cara jalin hubungan baik dengan mertua selama hamil
Ketika Bunda mempunyai hubungan nan luar biasa dan sehat dengan mertua, namalain hubungan nan tegang dan sopan, pada beberapa momen canggung kemungkinan muncul selama kehamilan.
Apabila Bunda merasa mertua ikut kombinasi mungkin merasa marah, ini dapat memengaruhi hubungan dengan suami.
Beberapa langkah ini dapat Bunda lakukan agar terjalin hubungan nan baik selama kehamilan.
1. Buat rencana dan komunikasi terbuka dengan mertua
Bunda dapat merencanakan dengan siapa Bunda kelak mau ditemani saat persalinan. Saat di rumah, apakah Bunda mau privasi dengan baik selama beberapa hari namalain semua orang bisa langsung menjenguk.
Ibu mengandung dapat merencanakan skenario nan melibatkan personil family sebelum persalinan, kemudian membicarakannya di awal untuk mencegah masalah nan lebih besar.
“Khususnya pada masa kehamilan dengan banyak perubahan dan pemicu stres, bakal sangat membantu untuk mengetahui di mana saja masalah nan mungkin menjadi topik hangat, seperti mertua dan pemberian hadiah, misalnya,” kata Julia “Jill” B. Garrett, PsyD, psikolog di Baptist Health, dilansir dari Romper.
2. Bersikap proaktif
Apabila ada sesuatu perkataan namalain perbuatan mertua nan mengganggu Bunda, jangan diambil hati. Cobalah bersikap proaktif dalam mengomunikasikannya sebelum itu terjadi lagi.
Berkomunikasilah dari waktu ke waktu jangan menunggu hingga muncul rasa jengkel namalain frustrasi. Karena menunggu hanya bakal mengarah pada pembicaraan nan lebih emosional dan kurang produktif.
3. Menghargai perspektif pandang mertua
Jessy Levin, PhD, MPH, psikolog di Northwell Health, mengatakan bahwa jika ada sesuatu nan terus menerus disampaikan mertua dan menyakitkan menurut Bunda, maka ada strategi tepat untuk menghentikannya.
“Awali percakapan ini dengan mengatakan, ‘Saya mengerti kenapa ini terjadi namalain kenapa Ibu berpikir krusial untuk melakukan ini, tetapi inilah pendirianku.’”
Namun saat mengobrol, lingkungannya kudu tenang jika menginginkan hasil nan terbaik. Luangkan waktu untuk duduk ketika keadaan tidak terlalu menegangkan dan bicarakan masalah-masalah nan sensitif ini dengan rasa hormat dan empati, sehingga Bunda dapat memahami perspektif pandang mertua.
“Dengarkan tanpa merasa kudu menanggapi. Ketika orang-orang didengarkan, sering kali perihal itu dapat membantu dalam membikin rencana nan melibatkan kompromi,” katanya.
3. Mintalah support suami
Ketika ibu mengandung kudu mengelola hubungan dengan mertua maka suami kudu menjadi sekutu Bunda.
“Berkomunikasilah dengan pasangan sebagai satu tim, dan ambil pendekatan tim,” kata Garrett.
Bunda kudu menganggap suami sebagai rekan satu tim dan bekerja untuk menentukan tujuan tim. Setiap orang mempunyai dinamika nan berbeda dan tim dapat menentukan apa nan paling masuk akal.
4. Menetapkan pemisah dengan mertua selama kehamilan itu penting
Levin menyarankan untuk melakukan hal-hal nan Bunda sukai selama kehamilan untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesempatan keberhasilan.
Ingatkan diri Bunda tentang siapa diri Bunda dan nilai-nilai nan Bunda pegang. Misalnya, jika Bunda senang berkumpul dengan teman-teman dan pergi makan siang dengan teman-teman perempuan, gunakan waktu itu untuk konsentrasi pada perihal lain selain tarik-ulur (atau drama penuh) dengan mertua.
“Berikan kesempatan untuk merenungkan apa nan Anda inginkan dan dambakan dalam skenario apa pun, silam bisa mengomunikasikannya dengan tegas kepada orang lain," sambungnya.
Jika seseorang tidak mengikuti pemisah nan Bunda buat, maka Bunda tetap kudu memegang teguh dan menjelaskan bahwa Bunda mungkin kudu menjauh untuk konsentrasi pada diri sendiri, agar bisa hidup selaras dengan nilai-nilai nan dibuat.
Hindari stres saat hamil
Hubungan mertua dan menantu nan penuh drama dapat membikin ibu mengandung stres. Ini dapat mempengaruhi kesehatan, kehamilan, serta bayi nan ada di dalam kandungan.
Terlalu banyak stres juga dapat menyebabkan kecemasan, hingga depresi, adalah sebuah kondisi kesehatan mental nan dapat memengaruhi kehamilan dan kesejahteraan ibu hamil.
Dikutip What to Expect, tingkat stres nan tinggi juga dapat memperburuk kondisi kronis yang dimiliki serta membikin ibu mengandung lebih rentan terhadap penyakit. Apabila stres terjadi dalam waktu lama, apalagi setelah melahirkan, ini mungkin dapat menyebabkan tekanan hipertensi dan penyakit jantung.
Berdebat dengan mertua lantaran perbedaan pendapat namalain salah mengerti dapat mempengaruhi ibu hamil. Dari pada stres, Bunda dapat menyikapinya dengan bijak agar tidak memengaruhi kehamilan.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)