Fetal Distress: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Gawat Janin

Sedang Trending 7 bulan yang lalu

Bunda pernah dengar istilah fetal distress? Istilah medis ini banyak digunakan dalam proses kehamilan.

Dalam bahasa Indonesia, fetal distress dapat diartikan sebagai darurat janin. Menurut American Pregnancy Association (APA), fetal distress digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika janin tidak menerima jumlah oksigen nan cukup selama kehamilan namalain persalinan.

Meski kata fetal distress umum digunakan, tapi istilah ini tidak didefinisikan secara jelas. American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan agar istilah ini diganti dengan 'status janin nan tidak meyakinkan'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Fetal distress membikin master lebih susah untuk membikin pemeriksaan secara jeli dan memberikan pengobatan nan tepat. Karena makna istilah nan tidak jelas tersebut, penggunaannya berpotensi menimbulkan penanganan nan tidak tepat," demikian tulis APA dalam laman resminya.

Sementara menurut ulasan di Science Direct, istilah fetal distress banyak digunakan master kandungan untuk menggambarkan beragam kelainan degub jantung janin. Tak hanya menyebabkan henti napas, kondisi ini juga bisa mengakibatkan dekompensasi respons fisiologis, kerusakan sistem saraf pusat permanen hingga kematian.

APA juga menjelaskan bahwa fetal distress seringkali terdeteksi melalui dengap jantung janin nan abnormal, Bunda. Jika tidak diatasi, kondisi ini bisa membikin janin menelan air ketuban nan mengandung mekonium (kotoran), sehingga menyebabkan henti napas setelah lahir.

Penyebab fetal distress

Fetal distress paling sering terjadi selama persalinan. Ada beberapa penyebabnya, bisa dari aspek bayi namalain ibunya. Dikutip dari beragam sumber, berikut penyebab fetal distress:

Faktor bayi

  • Bayi tidak menerima cukup oksigen lantaran adanya masalah plasenta, seperti solusio plasenta namalain insufisiensi plasenta.
  • Ukuran janin condong lebih mini dibandingkan usia kehamilan.
  • Hipotermia nan dialami janin.
  • Kompresi tali pusat.
  • Masalah keterlambatan pertumbuhan pada janin alias Intrauterine Growth Retardation (IUGR).

Faktor ibu

  • Bunda mempunyai riwayat penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit ginjal namalain kolestasis (kondisi nan mempengaruhi hati pada masa kehamilan).
  • Memiliki tekanan hipertensi namalain preeklamsia.
  • Menjalani kehamilan lebih dari satu bayi.
  • Berat badan berlebih namalain obesitas.
  • Jumlah cairan ketuban terlalu banyak namalain sedikit.
  • Pernah beberapa kali mengalami pendarahan antepartum.
  • Pernah mengalami bayi lahir meninggal (stillbirth) di kehamilan sebelumnya.

Dilansir laman Pregnancy Birth Baby, kondisi fetal distress juga dapat terjadi pada kehamilan nan melangkah lama namalain muncul komplikasi lain selama persalinan. Terkadang, fetal distress dapat terjadi lantaran kontraksi terlalu kuat.

Gejala fetal distress

Gejala namalain tanda fetal distress namalain darurat janin mungkin dialami oleh beberapa ibu hamil. Dikutip dari What to Expect, berikut tandanya:

  • Perdarahan vagina
  • Gerakan bayi berkurang
  • Kram
  • Pertambahan berat badan tidak memadai
  • Baby bump tidak berkembang namalain terlihat lebih mini dari nan diharapkan
  • Adanya emosi 'tidak beres' dalam diri Bunda jika memikirkan janin. Insting keibuan Bunda mungkin lebih peka menangkap kondisi ini.

Sementara itu, tanda juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan medis. Berikut tanda namalain tandanya:

  • Irama jantung janin bermasalah
  • Detak jantung janin menurun
  • Ketuban pecah dan berwarna coklat kehijauan
  • Hasil Profil Biofisik (BPP) abnormal
  • Tekanan hipertensi pada ibu
  • Janin kandas tumbuh namalain berkembang

Ilustrasi JaninIlustrasi Janin/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Natali_Mis

Diagnosis dan tanda fetal distress

Seperti dijelaskan sebelumnya, pemeriksaan fetal distress mungkin susah ditegakkan lantaran artinya bisa luas, begitu pun penyebabnya. Diagnosis fetal distress biasanya disamakan dengan istilah asfiksia lahir, Bunda.

ACOG secara unik merekomendasikan master untuk menambahkan daftar tambahan ke dalam pemeriksaan fetal distress, seperti:

  • Takikardia janin
  • Bradikardia
  • Deselerasi variabel berulang
  • Profil biofisik rendah
  • Deselerasi lambat

Komite ACOG juga telah menyatakan bahwa istilah asfiksia lahir tidak boleh lagi digunakan lantaran diagnosisnya terlalu kabur untuk penggunaan medis.

Cara mendiagnosis fetal distress memang bisa dengan dengan membaca dengap jantung janin. Jika dengap jantung lambat namalain pola degub jantungnya tidak biasa, maka itu bisa menandakan janin mengalami fetal distress.

Namun terkadang, kondisi ini juga dapat dideteksi saat master mendengarkan jantung janin selama kehamilan. Detak jantung biasanya dipantau selama persalinan untuk memeriksa tanda-tanda fetal distress.

Selain dengap jantung, tanda lain fetal distress juga dapat diketahui dari ada namalain tidaknya mekonium dalam cairan ketuban. Adanya mekonium dapat ditandai dengan cairan ketuban berwarna hijau namalain coklat.

Diagnosis fetal distress dari hasil electronic Fetal Heart Rate (FHR)

Diagnosis fetal distress juga dapat ditentukan dari pemantauan dengap jantung janin dengan electronic Fetal Heart Rate (FHR). Ada 4 kegunaan dari pemeriksaan ini, yaitu:

  • Kemampuan untuk mengenali perkembangan hipoksia dengan menganalisis pola degub jantung janin.
  • Kemampuan untuk memantau kontraksi ibu hamil.
  • Kemampuan untuk memantau respons janin terhadap hipoksia.
  • Hasil nan lebih positif untuk persalinan berisiko tinggi.

Meski dapat membantu diagnosis, FHR tetap bisa memberikan hasil interpretasi nan salah.

Komplikasi fetal distress

Komplikasi fetal distress nan dialami janin bisa memengaruhi kondisinya sejak dalam kandungan hingga kualitas hidupnya setelah dilahirkan. Misalnya, kekurangan oksigen selama persalinan dapat menyebabkan komplikasi nan sangat serius, seperti cedera otak, cerebral palsy, hingga stillbirth.

Bayi nan mengalami fetal distress umumnya dilahirkan melalui operasi caesar. Meskipun proses ini aman, tindakan operasi tetap mempunyai risiko, seperti perdarahan, infeksi, dan kemungkinan cedera saat lahir.

Penanganan fetal distress

Penanganan awal fetal distress namalain pada kondisi janin nan tidak meyakinkan resusitasi intrauterin. Cara ini dapat membantu mencegah prosedur nan tidak diperlukan.

Berikut beberapa langkah resusitasi intrauterin:

  1. Mengubah posisi ibu, seperti bergerak memutar ke satu sisi untuk mengurangi tekanan bayi.
  2. Memastikan Bunda terhidrasi dengan baik
  3. Memastikan Bunda mendapatkan oksigen nan cukup.
  4. Amnioinfusion namalain memasukkan cairan ke dalam rongga ketuban untuk mengurangi kompresi tali pusat.
  5. Tokolisis, adalah terapi nan digunakan untuk menunda persalinan prematur dengan menghentikan kontraksi sementara).
  6. Dekstrosa hipertonik intravena

Terkadang, bayi dalam keadaan fetal distress perlu dilahirkan dengan sigap namalain operasi caesar darurat kudu segera dilakukan. Bunda sebaiknya konsultasikan ke master untuk menentukan proses persalinan dan penanganan nan tepat jika janin mengalami kondisi ini.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Selengkapnya
Sumber Info Kesehatan Kincaimedia
Info Kesehatan Kincaimedia