Dalam bumi manajemen pelayanan kesehatan nan sibuk, pengumpulan info nan tepat waktu dan jeli memainkan peran nan sangat penting. Salah satu komponen kunci nan mempunyai pengaruh signifikan terhadap operasional rumah sakit adalah Sensus Harian Rawat Inap. Kegiatan sensus harian rawat inap dimulai dari penerimaan, pemindahan, hingga pemulangan pasien. Seperti nan telah diketahui, menurut Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa "Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua aktivitas penyelenggaraan Rumah Sakit dalam corak Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit". Sensus harian rawat inap merupakan salah satu komponen krusial nan kudu dilaporkan. Namun, seperti halnya komposisi nan rumit, terkadang ritme tersendat, dan menyebabkan sensus harian rawat inap terhambat. Sensus harian rawat inap dalam rekam medis bermaksud untuk mencatat info krusial pasien, seperti jumlah pasien nan dilayani pada unit rawat inap. Data ini digunakan dalam pembuatan laporan harian rawat inap nan mengikuti patokan rumah sakit. Informasi ini butuh diolah dengan sigap dan tepat sehingga menjadi info nan bagus. Jika info pasien tidak diolah dengan benar, bakal membikin staf rekam medis kesulitan saat membikin laporan rumah sakit nan baik. Data sensus harian rawat inap ini nantinya bakal diolah dan dihitung untuk mengetahui beberapa komponen krusial pada rumah sakit. Diantaranya adalah Bed Occupancy Ratio (BOR), Average Length of Stay (AvLOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI), Net Death Ratio (NDR), dan Gross Death Rate (GDR) dalam pembuatan grafik barber johnson. Maka dari itu, krusial sekali untuk Anda mengetahui apa nan menyebabkan aktivitas sensus harian rawat inap menjadi terhambat. Pada saat perawat bangsal nan bekerja melakukan sensus harian rawat inap, petugas mengirimkan lembar sensus harian rawat inap berbareng dengan arsip rekam medis nan telah selesai pelayanan. Hal ini bermaksud untuk menghemat waktu. Namun nyatanya, tetap ditemukan beberapa arsip rekam medis nan belum lengkap. Sehingga perawat bakal menunggu hingga arsip rekam medis dapat dilengkapi. Hal ini berakibat pengiriman sensus harianpun menjadi terlambat. Edukasi adalah landasan kemajuan. Di sini, kami membahas gimana program training nan komprehensif dapat membekali para ahli kesehatan untuk menangani tugas-tugas mengenai sensus dengan presisi, mengurangi kesalahan dan penundaan. Dengan adanya training juga bisa meningkatkan tingkat kesadaran diri bakal tanggung jawab terhadap tugas-tugas nya. Menyadarkan bahwa tugas seorang perawat tidaklah hanya merawat pasien tetapi juga ada tanggung jawab manajemen nan kudu dilaksanakan Pihak manajemen kudu memastikan bahwa semua orang nan bertanggung jawab untuk melakukan sensus harian rawat inap mengerti bakal tugasnya. Ketidakpahaman ini bakal menghalang proses sensus, seperti contohnya ketika ada perawat nan belum mengerti gimana mengisi blangko sensus harian rawat inap. Maka, dia kudu menunggu perawat nan mengerti tentang pengisian blangko sensus harian rawat inap. Dalam bumi teknologi nan saling terhubung, integrasi nan mulus adalah kuncinya. Ketika Rekam Medis Elektronik (RME) dan sistem sensus tidak terintegrasi dengan baik, kekacauan dapat terjadi. Lain ceritanya ketika rekam medis elektronik pasien sudah terintegrasi dengan sistem sensus. Petugas tidak perlu saling menunggu untuk mengumpulkan berkas sensus harian rawat inap. Kini kita sudah mengetahui beberapa penyebab kenapa sensus harian rawat inap. Dari tantangan teknologi hingga kesalahan manusia, setiap aspek berkedudukan dalam simfoni manajemen perawatan kesehatan. Dengan menerapkan strategi mitigasi dan memanfaatkan potensi teknologi, rumah sakit dapat membuka jalan menuju proses sensus nan lebih sigap dan lebih efisien. Salah satu strategi mitigasi nan dapat diterapkan adalah menggunakan SIMRS nan sudah terintegrasi dengan antar unit nan ada di rumah sakit. Seperti nan dimiliki oleh Trustmedis, modul rawat inap pada Trustmedis sudah terintegrasi dengan rekam medis elektronik dan juga dengan unit lainnya. Jadi, perawat nan bekerja dapat bekerja dengan lebih efisien lantaran info pasien nan dilayani pada unit rawat inap sudah terdokumentasi secara real-time. Jadi tunggu apalagi. Segera ajukan demo cuma-cuma sekarang serta Anda bisa konsultasikan persoalan Anda nan terjadi pada faskes Anda dengan tim mahir kami pada saat demo berlangsung. KLIK LINK DIBAWAH INI SEGERA. Referensi : Diningrat, F. C., & Sugiarti, I. (2015). Faktor-faktor Keterlambatan Pengembalian UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.Dokumen Rekam Medis Tidak Lengkap
Kurangnya Pelatihan dan Edukasi
SOP nan Kurang Jelas
SIMRS nan Tidak Terintegrasi
Trustmedis, SIMRS Terintegrasi
Sensus Harian Rawat Inap di RSUD Kab. Ciamis.