7 Risiko Tinggi Kehamilan di Usia Muda, Bunda Perlu Tahu

Sedang Trending 10 bulan yang lalu

Jakarta -

Usia wanita nan matang merupakan salah satu aspek penentu untuk mendapatkan kehamilan sehat. Semakin muda usia, maka semakin berisiko juga kehamilannya, Bunda.

Risiko tinggi kehamilan di usia muda sering dibahas di literatur medis hingga organisasi-organisasi kesehatan dunia. Misalnya, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam laman resminya, setiap tahun diperkirakan 21 juta anak wanita berumur 15 sampai 19 tahun di negara berkembang mengandung dan sekitar 12 juta di antaranya melahirkan.

Secara global, kehamilan di usia muda (kehamilan remaja) memang mengalami penurunan dari tahun 2000 hingga 2023, Bunda. Di tahun 2000, ada 64,5 kelahiran per 1.000 wanita usia 15 sampai 19 tahun. Sementara di tahun 2023 turun menjadi 41,3 kelahiran per 1.000 wanita di rentang usia nan sama. Meski begitu, tingkat perubahan ini tidak merata di beragam wilayah di dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Di Indonesia, kehamilan di usia muda juga tetap ditemukan. Data UNICEF tahun 2018 menunjukkan, sekitar 1,2 juta wanita Indonesia menikah sebelum usia 18 tahun, dengan 432.000 di antaranya mengalami kehamilan di usia muda.

"Kehamilan usia muda adalah masalah serius lantaran banyak remaja belum siap secara corak dan mental untuk menghadapi kehamilan dan tanggung jawab sebagai orang tua," demikian isi ulasan di laman IG @bkkbnjawabarat

Perempuan nan mengandung di bawah usia 19 tahun lebih rentan menghadapi masalah kesehatan dibandingkan dengan wanita nan mengandung di usia 20 sampai 30 tahun, Bunda.

Risiko tinggi kehamilan di usia muda

Berikut beberapa akibat tinggi kehamilan di usia muda nan perlu diketahui remaja, termasuk calon pasangan suami istri:

1. Kematian ibu dan janin

Risiko kematian meningkat pada wanita mengandung di usia muda. Sebab, tubuhnya secara corak belum siap, Bunda. Selain itu, di usia nan muda, sering kali wanita tetap kurang mendapatkan pemantauan kesehatan.

Dilansir laman Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan RI, persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun mempunyai kontribusi dalam tingginya nomor kematian neonatal, bayi, dan balita. Dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan, nomor kematian neonatal, postneonatal, bayi dan balita pada ibu nan berumur kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan pada ibu usia 20 sampai 39 tahun.

2. Kelainan pada bayi

Kelainan pada bayi juga merupakan salah satu akibat kehamilan di usia muda. Risiko dapat terjadi lantaran kurangnya support dan perawatan pada ibu hamil.

Kondisi tersebut bisa menyebabkan kelainan pada bayi, seperti kelainan jantung, abnormal tabung saraf, dan bibir sumbing.

3. Hipertensi kehamilan hingga preeklamsia

Perempuan usia muda nan mengandung lebih rentan mengalami komplikasi, seperti perdarahan, tekanan darah tinggi, dan persalinan macet. Melansir dari Web MD, secara unik akibat nan bisa menjadi komplikasi di kehamilan usia muda adalah tekanan hipertensi nan disebut hipertensi akibat kehamilan.

"Perempuan nan mengandung di bawah usia 19 tahun berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi kehamilan dibandingkan nan mengandung di usia 20 sampai 30 tahun. Mereka juga mempunyai akibat tinggi terkena preeklamsia," kata master kandungan nan berbasis di Amerika, Traci C. Johnson, MD.

4. Anemia saat hamil

Anemia adalah rendahnya konsentrasi hemoglobin dalam darah, nan dapat menyebabkan kelelahan ekstrem dan komplikasi kesehatan. Sekitar 14 persen ibu mengandung mengalami anemia, dan kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita nan mengandung di usia muda.

Anemia ada kehamilan di usia muda biasanya terjadi lantaran kurangnya jumlah asupan kalori sehat nan dibutuhkan selama kehamilan dan meningkatnya kebutuhan unsur besi. Banyak ibu mengandung berumur 15 hingga 19 tahun nan mengalami anemia dibandingkan ibu mengandung berumur 20 hingga 44 tahun.

5. Berat badan lahir bayi rendah

Bayi dari ibu nan mengandung di usia muda rentan lahir prematur dengan berat badan rendah. Bayi dengan kondisi tersebut bakal memerlukan perawatan khusus.

"Ibu mengandung usia muda (remaja) berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Bayi prematur condong mempunyai berat badan kurang dari seharusnya," ujar Johnson.

"Hal tersebut sebagian terjadi lantaran waktu pertumbuhan bayi di dalam rahim nan lebih singkat. Bayi dengan berat lahir rendah mungkin perlu dipasang ventilator di unit perawatan neonatal (NICU) rumah sakit untuk mendapatkan support pernapasan setelah lahir," sambungnya.

Hubungan seksual di usia muda bisa meningkatkan rsisiko penyakit menular seksual, seperti klamidia. Pada akhirnya, kondisi tersebut bisa berakibat pada kehamilan dan kesehatan jangka panjang.

Menurut ulasan di NIH Office of Research on Women's Health, penyakit menular seksual dapat menyebabkan persalinan prematur, gangguan tumbuh kembang, dan masalah kesehatan jangka panjang pada anak. Bunda nan terkena penyakit menular seksual juga rentang mengalami jangkitan pada rahim setelah melahirkan.

7. Depresi pasca melahirkan

Perempuan nan menjalani kehamilan di usia muda juga rentan mengalami depresi pasca melahirkan, Bunda. Risikonya menjadi lebih tinggi lantaran ketidaksiapan dan kurangnya dukungan, nan pada akhirnya bisa berakibat jelek pada pola asuh namalain perawatan bayi.

Selain itu, depresi juga bisa berakibat langsung pada kualitas hidup si ibu. Kehamilan dan tugas merawat anak dapat mengubah jalan hidup seorang ibu muda, menempatkannya pada posisi di mana dia kudu bertanggung jawab, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk hidup anaknya.

Demikian serba-serbi akibat kehamilan di usia muda. Semoga info ini berfaedah ya.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

Selengkapnya
Sumber Info Kesehatan Kincaimedia
Info Kesehatan Kincaimedia