Trader Gila Open Posisi US$300 Juta untuk Bitcoin?

– Seorang penanammodal misterius membikin pasar mata uang digital geger setelah membuka posisi long Bitcoin senilai lebih dari US$ 300 juta dengan leverage 20x pada 10 Juni. Posisi besar ini memicu spekulasi liar soal identitas sang whale dan potensi terhadap nilai BTC.

Melansir dari bitcoinpeers.com, posisi ini dibuka pada level US$ 108.100 dan sekarang mencetak keuntungan melayang-layang lebih dari US$ 4 juta. Namun, posisi tersebut bakal terlikuidasi jika nilai BTC turun di bawah US$ 105.780, menjadikannya taruhan besar nan beresiko tinggi.

Spekulasi mengarah ke trader high-profile James Wynn, nan beberapa sebelumnya mengumumkan dirinya bakal kembali trading lewat akun anonim setelah mengalami likuidasi US$ 25 juta. Banyak nan menduga posisi whale ini adalah langkah comeback-nya, kali ini lebih tersembunyi dari radar pasar.

Aktivitas Whale

Data dari The Crypto Basic menunjukkan bahwa whale telah mengakumulasi Bitcoin sejak awal April, menopang tren naik BTC. Namun, kajian terbaru memperlihatkan peningkatan transfer ke bursa, memberi sinyal potensi tekanan jual.

Lebih lanjut, dompet Bitcoin nan sudah lama tak aktif mulai bergerak. Wallet dari era BTC-e (bursa nan sekarang tutup) mengirim 3.422 BTC senilai US$ 324 juta ke alamat baru. Wallet lain dengan 2.343 BTC senilai lebih dari US$ 221 juta juga aktif setelah tidur selama 11,8 tahun. Aktivitas semacam ini kerap menandakan rotasi strategi oleh penanammodal veteran.

Meski begitu, rasio whale di bursa turun di bawah 0,3, menurut CryptoQuant. Ini menunjukkan tekanan jual dari whale sedang rendah dan pasar lebih digerakkan oleh permintaan organik daripada tindakan jual besar-besaran.

Baca Juga: Apa nan Terjadi Jika Bitcoin Bisa Menembus US$115.000?

Institusi Kian Dominan

Institusi terus menjadi kekuatan dominan dalam struktur pasar Bitcoin. Aliran biaya ke ETF melonjak tajam, dengan puncaknya terjadi pada 22 April sebesar US$ 912 juta, jauh di atas rata-rata harian 2025 sebesar US$ 2,1 juta.

ETF milik BlackRock mencetak rekor dengan arus masuk selama 19 hari berturut-turut, mencapai total US$ 356,2 juta. Dana ini apalagi meraih gelar ETF Baru Terbaik di arena penghargaan industri, menambah daya tariknya bagi penanammodal besar.

Di sisi lain, info kuartalan menunjukkan perilaku lembaga nan beragam. Beberapa manajer aset besar mengurangi eksposur, sementara lembaga seperti Mubalada dari Abu Dhabi justru meningkatkan kepemilikannya hingga 8,7 juta saham, senilai US$ 408 juta.

MicroStrategy juga terus menggila. Data terakhir menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sekarang memegang 553,555 BTC senilai US$ 54 miliar dan menargetkan imbal hasil 25 persen dari Bitcoin pada 2025, mencerminkan agresivitas mengambil BTC dalam korporasi.

Resiko Leverage

Posisi US$ 300 juta nan menggunakan leverage tinggi mencerminkan tren dunia di pasar derivatif kripto. Namun, leverage bukan tanpa resiko. Sedikit pergerakan bisa memicu untung besar alias likuidasi brutal.

Contohnya, Blockchain News mencatat penurunan 2,4 persen nilai BTC dari US$ 58.200 ke US$ 56.800 dalam 6 jam baru-baru ini menyebabkan banyak trader leverage kehilangan posisi.

Pasar mata uang digital juga semakin sensitif terhadap mobilitas pasar tradisional. Pergerakan Nasdaq, aliran biaya lembaga dan sentimen makro ekonomi sekarang ikut menentukan arah Bitcoin, menggambarkan keterkaitan nan semakin dalam antara mata uang digital dan finansial konvensional.

Pasca halving pada April 2024, pasar Bitcoin sekarang berada dalam fase mengambil institusional besar-besaran. Namun tekanan ekonomi dari pengurangan reward penambangan dan hubungan tinggi dengan pasar saham membikin arah BTC tetap penuh tantangan.