The Fall of the House of Usher Review: Horor Yang Liar dan Brutal

Sedang Trending 10 bulan yang lalu

“The Fall of the House of Usher” (House of Usher) merupakan serial seram terbaru Netflix dari Mike Flanagan. Ini menjadi serial terakhirnya di platform tersebut setelah rilisan-rilisan seram terbaiknya seperti “The Haunting of Hill House”, “The Haunting of Bly Manor”, “Midnight Mass”, dan “The Midnight Club”.

Kali ini Flanagan mengadaptasi cerita pendek karya Edgar Allan Poe dengan modifikasi modern. Keluarga Usher bergelimang kekayaan berkah perusahaan farmasi sukses diatas kekuasaan Roderick Usher (Bruce Greenwood) sebagai CEO berbareng kerabat kembarnya, Madeline Usher (Mary McDonnell). Roderick mempunyai enam anak dari lima istri berbeda; Frederick (Henry Thomas), Tamerlane (Samantha Sloyan), Victorine (T’Nia Miller), Camille (Kate Siegel), Napoleon (Rahul Kohli), dan Prospero (Sauriyan Sapkota).

Namun untuk family Usher, keberuntungan duniawi datang dengan akibat mematikan. Apakah family Usher tetap bisa disebut telah menerima keberuntungan dalam kehidupan? Satu lagi karya Flanagan nan mengandung nilai moral dan filosofi, kali ini tentang keserakahan, dosa-dosa manusia, dan norma karma.

Sejak masa promosi, “The Fall of the House of Usher” terlihat stylish dan mahal jika dibandingkan serial Mike Flanagan sebelum-sebelumnya di Netflix. Kemasan produksi nan megah ini seimbang dengan kualitas naskah sang sutradara nan tetap stabil berat dan kualitasnya.

The Fall of the House of Usher

Karya Horor Paling Liar dan Brutal dari Mike Flanagan

Serial seram Flanagan di Netflix sebelumnya lebih unik dengan eksplorasi tema berkabung, kesedihan, kepercayaan, dan makna dari kehidupan dan kematian. Materi-materi nan terpancar sebagai cerita nan emosional dan membikin penonton terharu meski dalam latar seram nan menyeramkan. ‘House of Usher’ terasa lebih gruesome dan memanifestasikan kekacauan dalam latar cerita nan lebih megah, kehidupan orang-orang di pucuk kekuasaan, dan hal-hal negatif nan mengikuti mereka. Mulai dari hawa nafsu, ketamakan, kesombongan, kecemburuan, kelicikan, dan beragam representasi dosa dasar manusia.

“The Fall of House of Usher” menjadi karya paling liar dan sadis dari Mike Flanagan sejauh ini. Telah menjadi kejutan baru bagi para penggemar, gimana Flanagan rupanya juga bisa mengeksekusi splatter horror nan gore. Siapin mental saja, lantaran setiap bagian serial ini bakal ada segmen kematian nan di-build up dengan sabar dan perincian sepanjang lama episode, kemudian menghantam penonton dengan segmen klimaks setiap akhir episode. Antara membikin kita merasa tak sanggup lagi menonton lebih banyak kebrutalan, alias malah ketagihan dan tak sabar menyelesaikan siksaan ini (dalam artian nan sangat baik).

Meski dilabeli sebagai serial nan ‘liar dan brutal’, lebih banyak peringatan untuk segmen gore dan kekerasan. Sementara segmen dewasanya tidak terlalu dieksploitasi jika tidak dibutuhkan untuk memberikan konteks dalam adegan. nan paling definitif untuk konten dewasa hanya bagian pertama, jadi bagian pembuka nan cukup ikonik dan langsung menjadi deklarasi dari Flanagan; ya, ini bakal menjadi serial nan gila dan brutal.

The Fall of the House of Usher

Penampilan Sederet Aktor Terbaik dari Klub Horor Flanagan

Banyak wajah familiar dari semesta seram Mike Flanagan pastinya dalam ‘House of Usher’. Tampaknya sutradara mau memastikan semua peran dieksekusi dengan sempurna, oleh aktor-aktor nan dia percaya. Selalu menyenangkan juga memandang aktor-aktor ini berbareng Mike Flanagan terlihat seperti klub teater seram nan solid dan selalu bisa menyajikan pagelaran nan kita rindukan.

Bedanya, beberapa karakter nan kerap tampil sebagai heorine alias protagonis nan kita jagokan, kali ini menjelma sebagai karakter-karakter dengan penokohan terburuk nan belum pernah kita lihat sebelumnya. Menunjukan gimana aktor-aktor ini bisa menampilkan akting seperti bunglon. Mampu tampil sebagai karakter nan berbeda dan terlihat baru, meski dalam lingkungan nan terasa sama, ialah semesta seram sang sutradara.

Carla Gugino, salah satu muse Flanagan tampil memikat sebagai sosok wanita misterius dan kharismatik berjulukan Verna. Penampilan pararel nan jadi highlight dalam serial ini adalah Bruce Greenwood dan Zach Gilford sebagai Roderick Usher, serta Mary McDonnell dan Willa Fitzgerald sebagai Madeline Usher. Aktor-aktor ini beragam peran untuk jenis muda dan jenis tua dari masing-masing karakter, kesinambungan penampilan mereka sangat luar biasa konsistensinya. Terutama McDonnell dan Fitzgerald.

Kemudian ada Mark Hamill sebagai Arthur Pym, juga menjadi salah satu karakter dengan cerita paling tragis di akhir. Sama seperti karakter-karakter lainnya, sekalipun karakter pendukung sekalipun, nan menyaksikan jatuhnya family Usher alias menjadi pekerja bayangan, juga meninggalkan kesan dalam keseluruhan cerita.

Eksekusi Berbagai Trik Horor nan Sudah Tidak Diragukan Lagi

Kredibilitas Flanagan dalam eksekusi trik seram sempat sedikit menurun pada serial sebelumnya, “The Midnight Club”. Ini menjadi momen kembalinya dengan beragam trik dan “jebakan” baru berkesan ketika kita lengah dengan skill Flanagan nan sesungguhnya. Satu nan sudah disebutkan adalah komponen splatter nan sadis dan sangat grafik. Kemudian presentasi jumpscare dan foreshadowing-nya juga dirancang dengan baik sepanjang episode. Bukan plot twist, namun build up dari serangkaian petunjuk dan misteri nan ditebar sepanjang epsiode, membikin kita tak bisa beranjak untuk mengungkap kebenaran.

‘House of Usher’ juga mempunyai plot flashback nan cukup rumit. Ada tiga latar waktu kunci; masa sekarang dimana Roderick berbincang dengan C. Auguste Dupin (Carl Lumbly), kemudian mundur ketika anak-anak Usher meninggal satu per satu, dan flashback nan lebih jauh lagi di masa lampau ialah masa muda Roderick dan Madeline. Meski terdengar membingungkan, eksekusinya di serial termasuk rapi meskipun sangat dinamis. Karena banyak perihal terjadi dan banyak info nan kudu ditampung dalam 8 episode.

Mike Flanagan meninggalkan Netflix dengan karya penutup nan lantang, brutal, berani, seperti ini adalah kesempatan terakhirnya. Memang menjadi kesempatan terakhirnya di Netflix. Namun membikin kita bakal terus mengikuti salah satu sutradara seram terbaik di era ini, dimana pun karyanya bakal dirilis selanjutnya.

Selengkapnya
Sumber cultura
cultura