11 tahun berada di industri musik, Mitski Miyawaki berada di puncak karir ketika album “Be the Cowboy” rilis pada 2018. Meski tidak mempunyai hits terkenal seperti solois lain dalam satu skena, kesuksesan dan kredibelitas Mitski sebagai salah satu musisi dengan karya-karya berbobot diakui oleh fanbase media online hingga media musik. Dengan estetikanya nan moody-nya, TikTok menjadi salah satu platform nan tetap membikin musik Mitski relevan di kalangan penikmat musik muda memasuki 2020an.
Meski tidak pernah menaklukan tangga lagu utama, lagu-lagu Mistki telah digunakan hingga 2,5 juta video di TikTok. Mistki juga unggul untuk pencapaian stream hingga mengantongi gold dan platinum. Ketenaran maya dengan meme dan tren nan mengindikasikan bahwa musiknya adalah terapi bagi penggemarnya, bisa jadi ekspresi cinta dari penggemarnya. Namun perihal ini sempat membikin sang musisi mempertimbangkan untuk “menarik” diri dari popularitas.
Namun, Mistki kembali! Tak lama setelah “Laurel Hell” pada 2022 lalu, sekarang dia kembali dengan “The Land Is Inhospitable and So Are We” (berikutnya disebut ‘The Land Is Inhospitable’) nan terasa seperti awal baru. Bersama dengan produser nan sudah lama bekerja sama dengannya, Patrick Hyland, kali ini membantu Mitski menciptakan twist nan tidak terduga untuk album ini.
Mendengarkan ‘The Land Is Inhospitable’, kita bakal menemukan momen emosi nan intens dimana cinta terasa seperti pemandu dengan dorongan nan kuat di situasi nan pelik, alias angan di bumi nan suram. Talenta Mitski dalam mengemas begitu banyak idea nan tajam dan penuh hantaman emosi dalam album berdurasi kurang lebih separuh jam saja membikin album ini membikin kita kembali terpukau dengan pesona baru musisi berdarah Amerika-Jepang ini.
The Gist:
‘The Land Is Inhospitable’menunjukan gimana Mitski berkembang lebih baik dalam menciptakan karya ketika membicarakan gimana manusia saling berinteraksi dan apa nan terjadi setelah mereka meninggal. Banyak lagu dalam album ini terdengar unggul ketika Mistki mengaransemen musiknya dalam proses imajinatif dan menambahkan komponen paduan suara. Banyak penikmat musik menyebutnya sebagai musisi bercap ‘sad girl‘ dalam skena pop, lantaran dia memang mempunyai kecenderungan menyelam kedalam beragam emosi dan pemikirannya nan emosional.
Banyak juga musisi nan sebetulnya mengangkat topik nan serupa, tentang kebebasan mencurahkan emosi secara dramatis, menyinggung rumor kesepian, keluar dari hubungan jelek dan mengakhirinya. Namun tak banyak nan bisa melakukan sebaik Mitski, dimana sentuhan lembutnya berpadu dengan melodinya nan megah. Mistki bisa jadi nan terbaik dalam skenanya. Album ini kembali mengingatkan kita bakal kebenaran tersebut tentang musiknya.
Pada bagian pertama album, lirik-lirik lagu nan ditulis konsentrasi pada luka emosional nan mendalam dan emosi jelek tentang diri sendiri setelah berakhirnya suatu hubungan. Namun, menuju akhir dari rekaman, kita bakal mendengar gimana Mitski mulai mengalami perkembangan dalam menghargai dirinya. Intisari dari album ini adalah keseimbangan antara kesedihan nan intens dan kebahagiaan dengan euforianya.
Mitski juga menunjukan inti tersebut melalui pilihan aransemen dan rangkaian tracklist. ‘The Land Is Inhospitable’ secara keseluruhan antara memperdengarkan kegaduhan pikiran nan riuh, sekaligus kedamaian nan menghanyutkan. Mistki membikin perpaduan antara cinta dan luka sebagai materi rekaman nan mendefinisikan segalanya.
Sound Vibes:
‘The Land Is Inhospitable’ memperdengarkan racikan musik baru nan sebelumnya belum kita dengan dari Mitski dalam satu karya album solid. Ini seperti mendengarkan rekaman lama, diikuti dengan instrumen gitar nan terdengar seperti jenis gitar nan digunakan orang nan baru saja mulai berlatih. Ini terdengar seperti rekaman musik nan intim di bilik musisinya.
Terkadang kita bakal mendengarkan aransemen bernuansa shoegaze, seperti track ‘Buffalo Replaced’, dimana bisa terdengar lembut sekaligus taguh secara bersamaan. Namun secara keseluruhan album lebih kental dengan nuansa musik country, secara spesifik country dengan pengaruh pop nan terkenal di Los Angeles pada akhir 60an menuju awal 70an.
Rekaman ini terangkai dari beragam lagu nan terdengar dari film-film Hollywood lawas. Lagu seperti ‘I Don’t Like My Mind’ terpengaruh oleh jenis musik nan lebih lembut, kontras dengan gairah kuatnya untuk terus bermusik meski diterpa kritikan. Gaya musik album ini mengingatkan kita pada tema Wild West, menyinggung pemikiran Mitski tentang gimana perasaannya terhadap kehidupan, cinta, dan menimbulkan pertanyaan tentang nilai dari keberadaannya.
Best Tracks:
Lagu pertama, ‘Bug Like An Angel’ dimulai dengan Mitski nan menyanyi diiringi gitar akustik. Dalam lagu ini mengungkapkan gimana seiring dia tumbuh dewasa, dia menemukan sensasi menghabiskan waktu dengan minum-minuman terasa seperti menghabiskan waktu dengan keluarga. Dengan kejutan panduang bunyi nan muncul tiba-tiba melontarkan kata ‘family‘. Ini menjadi lagu pembukan nan galau dengan kehadiran paduan bunyi dan ironinya, namun secara perlahan berubah menjadi bunyi nan memberikan rasa nyaman dan companionship. Ini bukan emosi nan bahagia, namun kembali lagi pada intipati tema lirik dari album ini; ada percikan kebahagian meski dalam kesedihan nan diromantisasi.
‘I’m Your Man’ menjadi lagu nan terinspirasi dari lagu berjudul sama dari Leonard Cohen nan diputar balik. Mitski mengibaratkan pacarnya sebagai anjing dan dirinya sebagai pemilik. Pada akhir lagu, dia menyayikan lirik nan cukup menarik; ‘You believ me like a God, I betray you like a man’. terdengar seperti dia tiba-tiba mengkhawatirkan sesuatu nan berkarakter spiritual. Lagu ini membendung kompleksitas dalam lapisan kesedian pasca patah hati, topik nan sudah tidak asing lagi dalam karya-karyanya. Seperti dia menyatakan krisis kepercayaan.
Sebagai rekaman dengan tracklist nan bertukar-tukar emosi antara luka dan cinta, beberapa track sesederhana itu ditampilkan sebagai lagu cinta klasik nan romantis. ‘My Love Mine All Mine’ menjadi salah satu lagu paling romantis di tengah-tengah lagu-lagu dengan lirik sensasional. Lagu ini merupakan pesan Mitski pada bulan untuk menyampaikan cintanya pada orang nan dia sayangi apalagi setelah dirinya sudah tiada. Dikomposisi dalam alunan musik slow-dance nan menghayutkan dan menghipnotis pedengarnya dengan hook, ‘Cause my love, is mine all mine/I love, my,my,mine’, nan repetitif namun candu.
Kemudian lagu ‘Heaven’ juga menjadi lagu nan dimekari oleh harapan; ketika dua insan saling jatuh cinta, menciptakan keajaiban nan terasa murni dan membuai. Lagu ini terasa semakin megah dengan aransemen orkestra lembut sepanjang lagu, terus berkembang menjadi melodi-melodi nan semakin sensual dan bagus mengibaratkan rasa ‘dimabuk cinta’.