Awalnya kita mengira “Gen V” bakal menjadi serial jenis remaja-dewasa dari “The Boys”. Kita telah mendefinisikannya sebagai perpaduan dari “Euphoria” dengan “X-Men”. Namun bagian finale kali ini hendak memastikan bahwa spin-off ini tidak jatuh jauh dari pohonnya.
Seperti apa nan telah dilakukan oleh “The Boys” dengan latar cerita superhero mainstream, “Gen V” lebih dari sekadar satir nan henda mengkritisi genrenya. Ini bukan pertama kalinya kita memandang golongan superhero muda nan pergi ke sekolah, latar tema ini selalu menarik di skena supehero.
Meski “Gen V” juga mempunyai konten lawaksatir, kita tidak menduga bahwa kisah superhero muda ini mempunyai kedalaman rumor nan lebih. Bagaimana mereka mendapatkan kekuatan lantaran pilihan orang tua mereka, namun secara berbarengan ditindas oleh ekspektasi dan penolakan dari orang tua mereka lantaran kekuatan mereka.
Menciptakan sekelompok remaja dengan kekuatan dan kebebasan untuk menggunakannya. Beberapa memanfatkannya untuk kebaikan seperti Marie Moreau, namun lebih banyak nan menggunakan untuk kepentingan pribadi hingga menimbulkan kegaduhan masal. Seperti nan kita saksikan pada “Gen V” Episode 8, ‘Guardians of Godolkin’.
Cate dan Sam Memulai Kekacauan di Kampus
(Spoiler Alert!) Plot besar dalam bagian puncak “Gen V” ini adalah kekacauan di God U nan dipelopori oleh Cate dan Sam. Setelah Dekan Shetty mengungkapkan kebenaran bahwa dia mempunyai dendam pada Homelander dan bahwa God U hanyalah kedok, dimana mahasiswa diperlakukan seperti kelinci percobaan. Setiap karakter dalam geng “Gen V” mengalami kesulitan selama bertumbuh lantaran mempunyai kekuatan nan apalagi bukan pilihan mereka. Namun Cate dan Sam menjadi kasus terburuk sebagai anak nan terasingkan, dimanipulasi, apalagi mengalami siksaan bentuk nan tak terbayangkan.
Sejak bagian “Sick”, kekacauan nan bakal menjadi babak final berlatar di God U rupanya tidak sesuai dengan prediksi kebanyakan dari kita. Daripada naskah tentang virus nan menyebar di God U, nan terjadi justru pemberontakan supe skala kampus. Dipimpin oleh Cate nan dapat mengendalikan pikiran, apalagi dalam bagian ini dia semakin tidak terhentikan. Sementara Sam sebetulnya sempat mengalami rasa bimbang. Disimbolkan dengan kemunculan Luke nan sebetulnya adalah bunyi hatinya sendiri. Menerima support Cate agar tidak merasakan apapun, Sam pun tak terhentikan.
Setelah Emma kandas meyakinkan Sam, dia menyusut secara tiba-tiba. Sementara Jordan dan Marie berupaya menghentikan kekacauan nan dimulai Cate dan Sam, berbareng para supe tahanan nan mereka bebaskan. Andre kemudian datang menyusul dan memilih untuk berasosiasi dengan Marie sebagai ‘Guardians of Godolkin’. Namun situasi berbalik ketika Homelander bisa menghentikan kekacauan hanya dengan ‘hadir’. Daripada mengakui Marie sebagai pahlawan nan menyelamatkan hari, tentu saja Homelander tidak berpihak pada Marie lantaran menyerang ‘kaum mereka’ sendiri. Kemudian dia menyerang Marie.
Pada akhir “Gen V” finale, Cate dan Sam dinobatkan sebagai Guardians of Godolkin nan baru. Sementara Marie, Emma, Jordan, dan Andre menjadi kambing hitam dari kekacauan di God U. Mereka jelas dikurung, namun tak tampak seperti penjara. Kecuali Marie nan baru sadar dari serangan Homelander, semua temannya terlihat santai. Emma menikmati minumannya dan Andre terlihat memegang ponselnya. Tak ketinggalan, pada segmen paling terakhir, kita memandang Billy Butcher menemukan The Woods.
God U telah Menjadi Latar Showcase Kekuatan Super nan Menarik
Kita semua pasti setuju bahwa “Gen V” telah menjadi showcase menarik untuk beragam kekuatan super nan bisa dihasilkan oleh Compound V. Dari bagian ke bagian baru setiap pekannya, selalu ada reveal kekuatan nan menarik untuk kita catat.
God U hanya mempunyai dua jurusan; Crimefighting dan Performing Arts. Setelah menyimak arti superhero melalui “The Boys”, kita bisa memandang gimana superhero nan melenyapkan kejahatan dan selebritas berada dispektrum nan sama. Gagasan bahwa superhero dapat menggunakan kekuatan mereka untuk menjadi pahlawan negara alias untuk menjadi influencer. Hal ini membikin presentasi semesta superhero “The Boys” konsisten dengan spin-off-nya. “The Boys” selalu tentang penyalahgunaan kekuatan dan manipulasi media.
Kalau kata Dekan Shetty, God U bukan tempat untuk para supe muda belajar, sebaliknya mereka jadi subyek pembelajaran para ilmuwan, dengan tujuan mengendalikan kekuatan mereka. Dengan konsep demikian, kita sebagai penonton juga telah belajar banyak dengan menonton “Gen V”. Kemudian spin-off ini juga diisi oleh karakter-karakter dengan kekuatan nan lebih menarik, apalagi lebih menarik dari nan kita saksikan di “The Boys”.
Contohnya saja kekuatan Marie, pada finale ini kita bisa meliht bahwa nan membatasi kekuatan Marie selama ini hanya imajinasinya. Mungkin jika tidak terlalu dihantui trauma masa lampau dan ketakutan menyakiti orang lain, Marie bisa lebih sigap memahami potensi dari kekuatannya kemudian mengembangkannya secara maksimal.
Gen V Menjadi Contoh Eksekusi Spin-off Franchise Superhero nan Benar
Pertama kali “The Boys” rilis di tengah superhero fatigue, Eric Kripke mengadaptasi materi superhero nan berbeda di skenanya. Hadir sebagai sajian satir nan menyindir franchise besar seperti MCU dan DC. Kini giliran “Gen V” datang untuk menunjukan gimana menghadirkan spin-off dalam semesta superhero nan benar. Kali ini level menyindirnya cukup personal. Melihat MCU sekarang sedang mengalami krisis kreatifitas dengan sederet serial dan filmnya. Kita capek ketika MCU merilis movie maupun serial terbaru dan merasa “wajib” mengikuti semuanya agar paham. Ternyata hanya untuk cameo dan fans service level permukaan. Kemudian apa nan telah terjadi dengan franchise “Star Wars”. Partai-partai besar ini telah mengubah ekspektasi dan standar spin-off secara umum.
Mungkin “The Boys” tetap terlihat sebagai semesta superhero nan solid lantaran lingkupannya lebih kecil. Ini seperti era-era awal MCU nan dicintai banyak orang pada masanya. “Gen V” menghadirkan cameo dan plot nan tak hanya datang sebagai fans service, namun memberikan kedalaman pada bumi “The Boys”. Virus mematikan untuk supe nan dikembangkan oleh Dekan Shetty tidak bakal ada, seandainya Homelander mau mencoba menyelamatkan korban pada kejadian pesawat di “The Boys” Season 1, daripada menutupi kesalahannya dan menutupinya dengan menyalahkan teroris.
Kehadiran Homelander dalam bagian finale menjadi highlight cameo nan berkesan. Jangan lupa dengan akhir dari “The Boys” Season 3, Homelander sekarang bakal lebih mengerikan lantaran dia telah mempunyai fans ekstrem nan tetap mendukungnya meski telah membunuh penduduk biasa di mata publik. Tindakan Homelander nan makin tidak tertebak membikin kita ikutan merinding ketika memandang dia mengkonfrontasi Marie.
Buat nan tetap mengeluh bahwa “The Boys” mengalami ekspansi dan mengikuti jejak MCU, justru “Gen V” hendak menunjukan gimana spin-off dieksekusi dengan benar. Ibarat sedang menganggur dan tak sabar menanti “The Boys” Season 4, “Gen V” datang sebagai “The Boys” Season 3.5 sebagai bingkisan nan tidak kita duga.
Gen V (Episode 1-3) Review
Gen V (Episode 4) Review: The Whole Truth
Gen V (Episode 5) Review: Welcome to the Monster Club
Gen V (Episode 6) Review: Jumanji
Gen V (Episode 7) Review: Sick