Dalam beberapa hari terakhir ini, wacana kembali penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) terus menjadi perbincangan hangat. Sebagian besar nan menolak alasannya adalah lantaran UN dianggap sebagai beban tambahan nan membikin siswa stres dan condong membikin mereka hanya konsentrasi pada nilai, bukan pada prinsip belajar itu sendiri. Bahkan, saat ini masyarakat terus menyoroti pentingnya pendidikan nan lebih berfokus pada pengembangan karakter dan kompetensi daripada sekadar nomor di atas kertas. Jika tanpa UN, apa nan bisa membikin siswa tetap semangat belajar?
Berikut beberapa langkah nan dapat dilakukan supaya siswa tetap termotivasi belajar, apalagi tanpa adanya UN.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek alias Project-Based Learning
Alih-alih mengukur keahlian dengan ujian, pembimbing dapat menerapkan model project-based learning nan sudah terbukti efektif di beragam negara maju. Dengan metode ini, siswa diberi proyek nyata nan menantang mereka untuk berpikir kritis, kreatif, serta kolaboratif. Misalnya, untuk memahami pelajaran sains, siswa bisa diajak membikin model sederhana dari alam, alias memecahkan masalah lingkungan di sekitar sekolah. Belajar menjadi lebih menyenangkan dan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
2. Memberi Ruang untuk Eksplorasi Minat
Setiap anak mempunyai minat dan talenta nan berbeda. Menghapus UN dapat menjadi kesempatan untuk lebih konsentrasi pada pengembangan talenta dan minat siswa. Coba beri lebih banyak waktu untuk siswa melakukan eksplorasi minat. Entah itu dalam bagian seni, olahraga, alias sains. Dengan langkah ini, mereka belajar tidak hanya lantaran keharusan, namun lantaran mereka menikmati prosesnya.
3. Feedback nan Positif dan Membangun
Ketika konsentrasi belajar beranjak dari angka-angka, pembimbing bisa lebih banyak memberikan feedback nan membangun. Misalnya, daripada mengatakan "nilai Anda kurang bagus," coba beri masukan seperti "kamu sudah bagus di bagian ini, mungkin bisa lebih ditingkatkan di bagian nan lain." Feedback nan positif dan membangun membikin siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk terus memperbaiki diri, tanpa merasa terbebani oleh angka.
4. Gamifikasi dalam Belajar
Saat ini, siswa sangat familiar dengan konsep permainan, terutama lantaran banyaknya game nan mereka mainkan di gadget. Kenapa tidak memasukkan unsur gamifikasi dalam proses belajar? Misalnya, dengan memberikan poin alias bingkisan mini untuk tugas-tugas nan sukses mereka selesaikan dengan baik. Dengan begitu, belajar jadi terasa seperti tantangan nan seru, bukan tanggungjawab nan membosankan.
5. Libatkan Orang Tua dalam Proses Belajar
Ketika UN dihapus, peran orang tua menjadi semakin krusial dalam memotivasi anak. Beri pemahaman pada orang tua tentang gimana mereka bisa terlibat, misalnya dengan memberi apresiasi pada kemajuan anak di luar akademik, seperti dalam perihal kreativitas, tanggung jawab, dan kerjasama. Dengan support dari orang tua, siswa bakal merasa lebih semangat dalam belajar.
6. Pembelajaran Berbasis Kehidupan Nyata
Tanpa UN, belajar bisa lebih berorientasi pada kehidupan nyata. Guru bisa membujuk siswa untuk memandang gimana pengetahuan nan mereka pelajari diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, untuk pelajaran matematika, bisa dihubungkan dengan langkah mengatur duit jajan alias menghitung kebutuhan sehari-hari. Dengan pendekatan ini, siswa bakal merasa bahwa belajar bukan sekadar memenuhi tanggungjawab sekolah, tapi bekal untuk hidup mereka di masa depan.
Menyingkirkan UN bukan berfaedah siswa kehilangan motivasi belajar. Justru, ini dapat menjadi kesempatan bagi pembimbing dan orang tua untuk menanamkan prinsip belajar nan lebih mendalam. Dengan metode-metode imajinatif di atas, siswa bisa belajar dengan ceria tanpa kudu merasa tertekan oleh nilai ujian. Bukankah itu nan kita harapkan dari pendidikan nan lebih baik?