Biaya produksi (Cost of Production) alias biasa disebut biaya manufaktur (Manufacturing Cost) adalah salah satu unsur krusial dalam laporan keuangan. Cara menghitung biaya produksi nan betul sangat dibutuhkan agar proses produksi di perusahaan tidak terhambat.
Cara menghitung biaya produksi sangat dibutuhkan ketika Anda mau menjalankan usaha. Banyak komponen nan kudu dihitung secara matang agar tidak mengalami kerugian. Pengetahuan tentang langkah menghitung biaya nan dikeluarkan untuk produksi juga krusial untuk keberlangsungan bisnis.
Supaya bisa memahami gimana langkah menghitung biaya produksi dengan baik, ada baiknya kita mengetahui dulu apa pengertian biaya produksi alias Cost of Production dan apa saja unsur-unsurnya.
Pengertian Biaya Produksi
Berikut ini pengertian biaya produksi (Cost of Production) menurut para ahli:
Mulyadi (2015:14)
Biaya Produksi adalah biaya-biaya nan terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi nan siap untuk dijual. Secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
Harnanto (2017:28)
Biaya Produksi adalah biaya-biaya nan dianggap melekat pada produk, meliputi biaya, baik langsung maupun tidak langsung dapat diidentifikasikan dengan aktivitas pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.
Riwayandi (2014:10)
Biaya Produksi merupakan biaya nan berasosiasi dengan kegunaan produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Hansen dan Mowen (2002:24)
Production Cost alias biaya produksi adalah total biaya nan berasosiasi dengan proses pembuatan peralatan dan penyediaan jasa.
Secara umum, biaya produksi adalah biaya nan dikeluarkan oleh perusahaan alias pemilik upaya selama proses pengolahan untuk menghasilkan produk nan siap dijual. Biaya-biaya nan dihitung mulai dari shopping bahan baku, biaya pengolahan, sampai peralatan jadi alias separuh jadi. Total dari biaya nan dikeluarkan itu disebut sebagai biaya produksi.
Unsur-Unsur dalam Biaya Produksi
Untuk menghitung biaya produksi dengan benar, Anda kudu tahu apa saja unsur-unsur dalam biaya produksi, yaitu:
Biaya Material Langsung
Biaya material langsung alias Direct Material adalah biaya bahan baku nan berasosiasi dengan proses produksi. Biaya nan keluar untuk membeli bahan baku ini condong mudah untuk diketahui. Contohnya, misalnya Anda punya upaya jual kue jajanan pasar. Maka biaya untuk membeli tepung terigu, gula, dan bahan-bahan lainnya bisa termasuk dalam biaya material langsung.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung dalam bahasa Inggris disebut Direct Labor. Biaya ini adalah upah, tunjangan, alias biaya asuransi tenaga kerja nan ditanggung oleh pemilik usaha. Biaya tenaga kerja langsung nan dihitung dalam biaya produksi adalah bayaran para pegawai nan terlibat langsung dalam memproduksi barang. Contoh biaya tenaga kerja langsung adalah misal Anda punya upaya jual kue jajanan pasar, biaya tenaga kerja langsung adalah penghasilan tenaga kerja nan bekerja mengolah adukan menjadi kue.
Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead)
Biaya overhead pabrik adalah biaya nan secara tidak langsung berangkaian dengan proses produksi. Biaya overhead ini terdiri dari:
Biaya Material Tidak Langsung (Indirect Material)
Bahan material tidak langsung alias Indirect Material adalah biaya untuk membeli bahan nan digunakan untuk produksi namun nominal dan jumlahnya susah untuk dilacak. Contoh dari biaya material tidak langsung adalah misal Anda punya upaya kue jajanan pasar butuh sabun cuci untuk membersihkan peralatan membikin kue. Sabun cuci piring termasuk dalam biaya material tidak langsung.
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labor)
Berbeda dengan tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung keluar untuk membiayai bayaran tenaga kerja nan tidak terlihat langsung dalam proses produksi. Gaji, tunjangan, dan asuransi kesehatan termasuk dalam biaya tenaga kerja tidak langsung, contoh: penghasilan petugas keamanan pabrik, penghasilan driver untuk pengedaran produk, dan lain sebagainya.
Biaya Overhead Lainnya
Biaya overhead lainnya adalah biaya nan dikeluarkan untuk membiayai kebutuhan lain di luar produksi. Contoh biaya overhead lain di luar bahan baku dan penghasilan adalah sewa gedung alias toko, membeli mesin, bayar asuransi tenaga kerja alias pabrik, pajak, dan lainnya.
Cara Menghitung Biaya Produksi dan Contohnya
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah seluruh biaya nan dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku untuk digunakan pada proses produksi. Biaya bahan baku termasuk nilai bahan baku, biaya transportasi nan dibebankan ke biaya bahan, pajak, biaya penyimpanan, dan lainnya. Biaya bahan baku adalah salah satu biaya vital nan dapat mempengaruhi nilai jual akhir ke konsumen.
Rumus Biaya Bahan Baku
(Persediaan awal bahan baku + pembelian bahan baku baru) – bahan baku tersisa = Total biaya bahan baku
Contoh Kasus
Andi mempunyai upaya katering unik makanan organik. Target konsumennya adalah orang-orang nan mau menjalankan style hidup sehat dan menurunkan berat badan. Setiap hari Andi menjual 25 paket box katering. Persediaan awal bahan baku nan dibeli sebesar Rp 1.500.000. Setiap harinya, Andi kudu beli persediaan bahan baku tambahan Rp 500.000.
Dengan begini, kita bisa bisa hitung biaya bahan baku, sebagai berikut:
(Rp 1.500.000 + Rp 500.000) – 0 = Rp 2.000.000 per hari.
2. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja dibagi menjadi biaya tidak langsung dan biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya nan dikeluarkan untuk bayar penghasilan tenaga kerja nan berangkaian langsung dengan proses produksi. Sedangkan biaya tidak langsung adalah untuk tenaga kerja nan tidak terlibat langsung ke produksi.
Tergantung dari ruang lingkup bisnisnya, istilah biaya tenaga kerja telah banyak disesuaikan dengan kebutuhan. Beberapa upaya mini nan mempunyai tenaga kerja harian biasanya menggunakan istilah biaya tenaga kerja tetap harian.
Rumus Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja harian + Biaya tenaga kerja tetap + Biaya tenaga kerja tidak langsung = Total Biaya Tenaga Kerja
Contoh Kasus
Katering Andi mempunyai 3 orang tenaga kerja. Setiap orang dibayar sebesar Rp 50.000 per hari dan tugasnya mulai dari menyiapkan bahan, memasak, hingga memasukkan makanan ke kotak makanan. Selain mahir masak, ada juga Driver 1 orang nan bekerja mengantarkan paket makanan ke pelanggan. Driver dibayar Rp 30.000 per hari.
Maka total biaya tenaga kerjanya adalah:
3x Rp 50.000 + Rp 30.000 = Rp 180.000 per hari.
3. Biaya Produksi
Cara menghitung biaya produksi sebenarnya sangat simpel. Cukup jumlahkan total biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead. Dengan metode ini kita bisa memandang berapa banyak biaya nan kudu dikeluarkan untuk memastikan upaya beroperasi.
Rumus Biaya Produksi
Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja + Biaya overhead produksi = Biaya Produksi
Contoh Kasus
Usaha katering milik Andi setiap hari menjual 25 paket makanan sehat. Rincian biaya produk untuk membikin 25 paket katering makanan adalah:
- Bahan baku (nasi, bahan lauk, dan kemasan) sebesar Rp 2.000.000 per hari
- Biaya tenaga kerja sebesar Rp 180.000 per hari
- Biaya sewa toko dan ongkos bensin, sebesar Rp 200.000 per hari.
Maka total biaya produksinya adalah:
Rp 2.000.000 + Rp 180.000 + Rp 200.000
Jadi, total biaya produksi adalah Rp 2.380.000 per hari.
4. Harga Pokok Produksi (HPP)
Harga pokok produksi alias biasa disingkat HPP adalah jumlah pengeluaran dan beban secara langsung alias tidak langsung nan dikeluarkan untuk memproduksi peralatan alias jasa nan dijual ke konsumen. Perlu diingat HPP belum memasukkan laba. Untuk penjelasan lebih lengkapnya bisa cek di sini.
Rumus Harga Pokok Produksi (HPP)
Total biaya produksi : Kuantitas produk = Harga Pokok Produksi
Contoh Kasus
Dari contoh kasus katering Andi di atas, kita bisa dapatkan total biaya produksi adalah Rp 2.380.000. Sedangkan untuk paket katering nan diproduksi sebanyak 25 paket. Lalu masukkan angka-angka tersebut di rumus untuk mendapatkan HPP:
Rp 2.380.000 : 25 paket = Rp 95.200.
5. Menghitung Harga Jual Akhir ke Konsumen
Setelah mendapat nilai produksi dari setiap paket makanan, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai jual paket makanan. Kita bisa pakai rumus nilai jual nan sederhana dengan metode Mark Up Pricing. Sederhananya, rumus ini hanya menambahkan besar untung nan Anda tentukan ke biaya produksi.
Rumus Harga Jual
Harga Produksi + Mark Up (Keuntungan) = Harga Jual
Contoh Kasus
Misalnya Andi menginginkan setiap paket makanan mendapat untung sebesar Rp 20.000, maka nilai jual untuk setiap paket makanan adalah:
Rp 95.200 + Rp 20.000 = Rp 115.200/paket makanan.
Nah, itulah langkah menghitung nilai jual dari biaya produksi nan sederhana. Cara menghitung nilai jual berbeda-beda tergantung dari besar kecilnya skala upaya nan dijalankan. Namun, langkah hitung biaya produksi dan nilai jual di atas cukup umum digunakan pada upaya jenis UMKM.
Jenis-Jenis Biaya Produksi
Biaya produksi bisa dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu:
Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya nan nominalnya tetap dan tidak tergantung dari hasil produksi. Contoh biaya tetap adalah nilai sewa toko, pajak, dan biaya lain nan mengenai dengan aktivitas manajemen dan gaji.
Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel nominalnya selalu berubah-ubah sesuai dengan banyaknya hasil produksi. Semakin banyak Anda memproduksi barang, maka semakin besar pula biaya variabelnya. Contoh biaya variabel adalah bahan baku nan dibeli untuk memenuhi kuota pesanan tertentu.
Biaya Total (Total Cost)
Biaya total adalah jumlah dari seluruh biaya tetap dan varibel. Biaya ini dihitung untuk menghasilkan peralatan jadi dan siap untuk dijual. Biaya total biasanya dihitung dalam periode tertentu lantaran biaya variabel mempengaruhi perubahan besar kecilnya biaya total.
Biaya Rata-Rata (Average Cost)
Biaya rata-rata adalah biaya produksi dari setiap unit nan diproduksi. Cara menghitung biaya rata-rata adalah dengan membagi biaya produksi dengan jumlah produk nan dihasilkan.
Biaya Marjinal (Marginal Cost)
Biaya marjinal adalah biaya tambahan untuk memproduksi tambahan unit barang. Biaya marjinal biasanya muncul saat ada pesanan tambahan dari produksi harian. Misalnya jika ada permintaan untuk menambah produksi dalam periode waktu tertentu, alias saat ada pesanan mendadak nan kudu dipenuhi.
Cara menghitung biaya produksi dibutuhkan untuk memudahkan Anda menghitung nilai jual. Jika kalkulasi biaya produksi sudah rinci, Anda juga bisa terhindar dari akibat rugi. Dalam menghitung biaya produksi, setiap biaya nan keluar untuk biaya langsung alias tidak langsung kudu tercatat. Semoga tulisan ini membantu Anda untuk menghitung nilai produksi produk dan jasa Anda.