Tidak Sama, Ini Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Perlu Diketahui

Sedang Trending 11 bulan yang lalu

Dalam beberapa tahun terakhir, stunting menjadi salah satu topik nan menarik perhatian banyak pihak internasional. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, terdapat ratusan juta anak di bumi nan diperkirakan mengalami pertumbuhan tersendat lantaran stunting. Stunting dan gizi jelek adalah dua perihal nan berbeda, dan dua kondisi ini tetap menjadi masalah serius di Indonesia.

Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan nan dialami anak akibat gizi buruk, jangkitan berulang, dan stimulasi psikososial nan tidak memadai. Stunting pada awal kehidupan, terutama pada 1000 hari pertama sejak pembuahan hingga usia dua tahun, bakal menyebabkan gangguan pertumbuhan nan bakal berakibat panjang. Salah satu dampaknya adalah skill kognitif rendah nan kemudian menyebabkan anak susah besaing dalam pendidikan, dan saat dewasa hanya bisa bekerja dengan penghasilan rendah. Lalu, apa perbedaan stunting dan gizi buruk?

Mengenal Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk

Stunting dan gizi jelek (severe wasting), keduanya adalah kondisi ketika anak kekurangan nutrisi. Namun, dua kondisi ini mempunyai perbedaan jika dilihat dari beberapa aspek, di antaranya definisi, aspek penyebab, ciri-ciri, hingga langkah pencegahannya. Berikut adalah penjelasan selengkapnya.

1. Pebedaan pengertian stunting dan gizi Buruk

Perbedaan stunting dan gizi jelek nan pertama dapat dilihat dari definisinya. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak nan diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga menyebabkan anak mempunyai perawakan tubuh nan lebih pendek daripada anak seusianya.

Sementara itu, gizi jelek adalah kondisi ketika berat badan menurut panjang namalain tinggi badan anak (BB/TB) lebih rendah daripada rentang nomor normal anak seusianya. Dalam kondisi gizi jelek nan berat, perawakan anak bakal tampak kurus lantaran berat badan tidak sepadan dengan tinggi badan.

2. Faktor Penyebab Stunting dan Gizi Buruk

Perbedaan stunting dan gizi jelek berikutnya dapat dilihat dari aspek penyebabnya. Stunting disebabkan oleh defisiensi nutrisi nan terjadi dalam jangka waktu lama (kronis) namalain berulang di 1000 hari pertama kehidupan anak (dimulai dari sejak awal kehamilan hingga usia 2 tahun).

Dikutip dari Adoption Nutrition, stunting berkembang dalam jangka panjang nan disebabkan oleh kombinasi beberapa aspek di bawah ini:

  1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama

  2. Gangguan pertumbuhan sejak dalam kandungan

  3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori

  4. Perubahan hormon nan dipicu oleh stres

  5. Sering menderita jangkitan di awal kehidupan seorang anak.

Jadi, stunting tidak terjadi secara tiba-tiba, namun merupakan proses nan lambat, kumulatif, sejak dalam kandungan. Artinya, asupan makanan nan tidak memadasi dalam satu bulan namalain seminggu terakhir tidak bisa dikatakan stunting. Karena, stunting nan menyebabkan kandas tumbuh hanya bisa terjadi lantaran proses nan lama. Artinya, kondisi stunting dapat muncul seumpama kekurangan gizi tidak segera ditangani dengan tepat.

Sedangkan gizi jelek disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam waktu nan relatif singkat daripada stunting. Kekurangan asupan nutrisi dalam jangka waktu tertentu membikin berat badan anak turun dan memicu timbulnya gizi buruk.

Gizi jelek dapat terjadi ketika anak tidak memperoleh asupan gizi nan cukup dari konsumsi makanannya, berapa pun usianya. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat penyakit jangkitan tertentu nan bisa memengaruhi nafsu makan namalain skill tubuh untuk menyerap nutrisi, seperti diare kronis, hepatitis, dan lain-lain.

3. Ciri-Ciri Stunting dan Gizi Buruk

Seperti nan telah dijelaskan, ciri-ciri utama stunting adalah gangguan tumbuh kembang, ditandai dengan tinggi badan anak nan lebih pendek namalain tidak sesuai dengan standar tinggi badan anak seusianya. Gejala tersebut biasanya mulai terlihat saat anak berumur 2 tahun.

Sedangkan, gizi jelek dapat menimbulkan indikasi nan lebih luas, namun utamanya adalah anak tampak sangat kurus. Saat dipetakan dalam kurva pertumbuhan anak, berat badan menurut panjang namalain tinggi badannya lebih rendah jika dibandingkan dengan anak seusianya, namalain ukuran lingkar lengan atas (LiLA) condong kecil.

Selain itu, indikasi lain nan kerap dialami oleh anak dengan gizi jelek adalah kulit kering, rambut tipis, rentan terserang penyakit, perut tampak buncit, dan gangguan tumbuh kembang.

4. Dampak Stunting dan Gizi Buruk

Stunting nan tidak mendapatkan penanganan sesegera mungkin dapat menyebabkan anak mengalami kandas tumbuh. Stunting sebagian besar berbudi pekerti irreversible namalain permanen, di mana anak tidak bisa memperoleh kembali tinggi badan normal.

Selain itu, anak-anak nan mengalami stunting juga lebih rentan terserang penyakit, kehilangan kesempatan untuk belajar, mempunyai prestasi sekolah nan kurang baik, serta tumbuh menjadi golongan perseorangan nan tidak bisa secara ekonomi.

Di sisi lain, seumpama tidak segera ditangani dengan tepat, gizi jelek berisiko menyebabkan gangguan tumbuh kembang, gangguan kegunaan kognitif, dehidrasi berat, hipotermia, anemia, terserang penyakit jangkitan berat, hingga kematian (pada kasus nan lebih parah).

Perlu diketahui, anak nan menderita severe wasting berisiko 3 kali lebih tinggi mengalami stunting. Sementara itu, anak stunting berisiko 1,5 kali lebih tinggi mengalami severe wasting dibandingkan dengan anak nan mempunyai gizi baik. Risiko kematian bakal meningkat jika anak mengalami dua persoalan gizi ini (severe wasting dan stunting) secara bersamaan.

5. Pencegahan Stunting dan Gizi Buruk

Pencegahan gizi jelek dapat dilakukan dengan memberikan asupan makanan sehat dan bergizi seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh anak. Selain itu, orang tua juga perlu segera membawa si mini untuk berkonsultasi dengan master seumpama menderita penyakit jangkitan tertentu.

Sementara itu, pencegahan stunting utamanya dilakukan dengan memenuhi asupan gizi anak terutama selama 1000 hari pertama kehidupan, mulai dari masa awal kehamilan sampai anak berumur 2 tahun. Sebelum masa kehamilan, ibu sudah kudu mempersiapkan diri sebaik mungkin dan memberikan perhatian lebih pada nutrisi ibu untuk janin.

Ibu juga dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan guna membantu memenuhi kebutuhan gizinya pada usia tersebut. Setelah periode pemberian ASI eksklusif selesai, pemberian MPASI pun kudu diperhatikan kandungan nutrisinya.

Selain nutrisi, krusial pula untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan di rumah. Pastikan untuk mencuci tangan terlebih dulu sebelum makan untuk menghindari akibat anak terkena infeksi. Jangan lupa untuk rutin ke posyandu namalain ke master mahir anak guna memantau pertumbuhan dan perkembangan si kecil.

Hal ini dilakukan agar bisa segera mendapatkan penanganan nan tepat seumpama ditemukan kelainan namalain keterlambatan pertumbuhan pada anak. Pada dasarnya, baik stunting maupun gizi jelek dapat dicegah dengan memberikan asupan gizi nan seimbang pada si kecil.

Referensi

https://promkes.kemkes.go.id/?p=8486

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1388/mengenal-apa-itu-stunting

https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell#:~:text=Stunting%20is%20the%20impaired%20growth,WHO%20Child%20Growth%20Standards%20median.

https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-non-penyakit/defisiensi-nutrisi/gizi-buruk#:~:text=Pengertian-,Gizi%20buruk%20adalah%20kondisi%20di%20mana%20tubuh%20tidak%20mendapatkan%20asupan,tubuh%2C%20dan%20pembentukan%20sistem%20imun.

Selengkapnya
Sumber Info Kesehatan Kincaimedia
Info Kesehatan Kincaimedia