BANGBARA.COM - Semakin banyak perusahaan nan berasosiasi dalam upaya keberlanjutan melalui program Corporatree nan dipelopori oleh LindungiHutan. Inisiatif ini menggabungkan tindakan penanaman pohon dengan produk alias jasa perusahaan untuk mendukung pemulihan ekosistem, seperti di pesisir utara Jawa nan rawan abrasi. Sejak dimulai, lebih dari 590 perusahaan telah berkontribusi menanam nyaris satu juta pohon di letak nan membutuhkan, salah satunya di pesisir Semarang nan kehilangan garis pantai hingga 4,8 kilometer dalam dua dasawarsa terakhir.
Program ini tidak hanya konsentrasi pada penghijauan, tetapi juga membangun hubungan emosional antara perusahaan dan konsumen. CEO LindungiHutan, Miftachur “Ben” Robani, menyatakan bahwa Corporatree memberi kesempatan bagi bumi upaya untuk terlibat langsung dalam solusi perubahan iklim, mengukur dampaknya, dan merasakan hasilnya. Selain itu, penanaman mangrove juga memberikan akibat positif bagi masyarakat lokal dengan peningkatan pendapatan melalui kerjasama dengan petani mitra.
Selain faedah ekologis, Corporatree juga berfokus pada transparansi melalui sistem digital nan memungkinkan publik dan mitra untuk memantau perkembangan pohon nan ditanam secara langsung. Laporan akibat menunjukkan bahwa pohon mangrove dewasa dapat menyerap hingga 2.700 kg CO₂e per tahun, dan total karbon nan terserap oleh pohon-pohon nan ditanam melalui program ini sekarang telah mencapai lebih dari 17.000 kg CO₂e.
Kampanye seperti "1 Produk, 1 Pohon" sukses meningkatkan loyalitas pengguna dan memperkuat nilai merek. Dalam survei Nielsen, 73% konsumen dunia mengaku siap bayar lebih untuk produk dari perusahaan nan peduli lingkungan. Program ini menawarkan pendekatan inovatif untuk keberlanjutan, dengan brand nan berasal dari beragam sektor, mulai dari FMCG hingga teknologi, menjalankan beragam jenis aktivasi nan mendukung tindakan lingkungan nan terukur dan berdampak.
Sumber : VRITIMES
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian alias keseluruhan tulisan
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: Abdul Kholilulloh