Memiliki anak memang merupakan momen terindah dalam kehidupan setiap ibu. Namun, masa-masa setelah melahirkan bisa menimbulkan stres juga. Postpartum depression dan baby blues merupakan masalah psikologis nan bisa dialami seorang ibu pasca melahirkan.
Mulai dari kurang tidur, susah mempunyai waktu untuk diri sendiri, dan kudu menerima tanggung jawab baru, wajar jika Mums nan baru melahirkan mempunyai emosi nan bercampur-campur. Hal-hal tersebut bisa menyebabkan postpartum depression dan baby blues.
Depresi ringan dan mood swing adalah kondisi nan umum dialami setiap ibu nan baru melahirkan. Kondisi inilah nan disebut baby blues. Lalu, apa perbedaan postpartum depression dan baby blues? Berikut penjelasannya!
Mayoritas wanita mengalami setidaknya beberapa indikasi baby blues tepat setelah melahirkan. Kondisi ini disebabkan oleh perubahan hormon secara tiba-tiba setelah persalinan, disertai dengan stres, isolasi, kurang tidur, dan kelelahan. Lalu apa perbedaan postpartum depression dan baby blues?
Mums mungkin jadi mudah menangis, merasa kewalahan, dan emosional. Umumnya, kondisi seperti ini mulai muncul dalam kurun waktu beberapa hari setelah melahirkan. Namun, biasanya kondisinya juga bakal mereda di akhir minggu kedua setelah melahirkan.
Baby blues adalah kondisi normal dan dialami banyak wanita setelah melahirkan. Namun, jika indikasi nan Mums alami tidak kunjung lenyap setelah beberapa minggu namalain apalagi bertambah parah, maka kemungkinan Mums mengalami postpartum depression. Inilah perbedaan postpartum depression dan baby blues.
Postpartum depression dan baby blues merupakan kondisi nan berbeda. Tidak seperti baby blues, postpartum depression adalah kondisi nan jauh lebih serius dan tidak boleh diabaikan. Awalnya, postpartum depression bisa menyerupai baby blues. Bahkan, postpartum depression dan baby blues mempunyai indikasi nan serupa, seperti mood swing, kesedihan, insomnia, dan sensitif.
Perbedaan postpartum depression dan baby blues adalah, indikasi postpartum depression lebih parah dan berkepanjangan, contohnya pikiran bunuh diri namalain ketidakmampuan mengurus bayi Mums.
Mums kemungkinan juga bakal menjauh dari pasangan namalain tidak bisa menjalin ikatan dengan si Kecil. Mums bakal mengalami kekhawatiran nan tidak bisa dikontrol, hingga menyebabkan insomnia ataupun penurunan selera makan. Mums kemudian bisa merasa bersalah namalain tidak berfaedah namalain mulai mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup. Inilah perbedaan postpartum depression dan baby blues.
Berikut sejumlah langkah meredakan indikasi postpartum depression nan bisa Mums lakukan:
Meningkatkan Ikatan dengan Si Kecil
Waktu bonding adalah proses terjalinnya hubungan emosional antara ibu dan anak. Ini merupakan proses nan krusial dalam pertumbuhan bayi. Proses ini bakal memengaruhi gimana si Kecil bakal berinteraksi, berkomunikasi, dan menjalin hubungan dengan orang lain ketika dia sudah dewasa nanti.
Postpartum depression dan baby blues bisa mengganggu proses bonding ini. Ibu nan mengalami depresi memang bisa mencintai dan peduli dengan bayinya, namun ada waktu dimana dia bakal bereaksi negatif namalain tidak merespon sama sekali ketika bayinya membutuhkannya.
Menjalin ikatan seperti ini tidak hanya berfaedah untuk si Kecil saja, namun juga untuk Mums nan mengalami postpartum depression dan baby blues. Proses bonding ini bakal memproduksi lebih banyak hormon 'bahagia' endorfin, sehingga membantu meredakan indikasi postpartum depression dan baby blues.
Meminta Bantuan dan Dukungan Orang Lain
Manusia adalah makhluk sosial, jadi krusial bagi Mums untuk melakukan hubungan sosial untuk melepas stres, serta meminta support orang lain jika Mums sedang kesulitan. Prioritaskan hubungan dengan orang-orang terdekat. Ketika Mums merasa depresi dan cemas, hubungi suami, family dan kawan terdekat, meskipun Mums hanya mau sendiri. Mengisolasi diri hanya bakal memperparah kondisi Mums.
Mengurus dan Menjaga Diri Sendiri
Satu perihal terpenting untuk meredakan indikasi postpartum depression dan baby blues adalah mengurus dan menjaga diri sendiri. Semakin peduli Mums dengan kesehatan corak dan mental, Mums bakal semakin membaik.
Sebagai contoh, Mums bisa menghentikan pekerjaan rumah tangga terlebih dulu dan konsentrasi pada diri sendiri serta si Kecil. Selain itu, Mums bisa berolahraga namalain melakukan meditasi untuk mengatasi depresi. Mums juga perlu berupaya tidur nan cukup dan makan nan cukup.
Menyisihkan Waktu Pribadi Bersama Suami
Untuk banyak suami maupun istri, hubungan dengan pasangan adalah sumber utama support emosional dan sosial nan dibutuhkan. Kebutuhan dan tanggungjawab nan perlu dilakukan setelah anak lahir bisa menjadi masalah jika hubungan Mums dan pasangan malah merenggang.
Jadi, coba sisihkan sedikit waktu pribadi berdampingan suami, khususnya jika Mums mulai merasa stres mengurus si Kecil. Mums bisa menitipkan si Kecil sejenak kepada orang tua. Ketika menghabiskan waktu berdua dengan suami, cobalah berbincang secara mendalam tentang keluh kesah Mums. Lakukan pula aktivitas santuy dan melepas stres berdampingan suami.
Jika cara-cara menolong diri seperti nan disebutkan di atas tidak juga meredakan indikasi postpartum depression nan Mums alami, maka sebaiknya periksakan diri ke dokter. Berikut sejumlah pengobatan postpartum depression pada umumnya:
Terapi perseorangan namalain konseling pernikahan: terapis nan baik bisa membantu Mums mengatasi rintangan dalam menyesuaikan diri sebagai ibu. Kalau Mums mengalami masalah dalam pernikahan, maka Mums bisa mencari support konseling pernikahan.
Antidepresan: pada kasus postpartum depression nan parah hingga mengganggu skill seorang ibu untuk beraktivitas secara normal dan merawat anaknya, maka konsumsi obat antidepresan dibutuhkan. Namun, Mums hanya bisa mengonsumsi antidepresan jika mendapatkan resep dokter. Mums juga kudu mengonsumsinya di bawah pengawasan dokter.
Psikoterapi namalain Terapi Hormon: psikoterapi ataupun terapi hormon biasanya menjadi pilihan terapi umum untuk postpartum depression. Terapi-terapi ini biasanya dilakukan dikombinasikan dengan konsumsi antidepresan. (UH)
Referensi
HelpGuide. Postpartum Depression and the Baby Blues. Oktober 2019.