RiderTua.com – Triple terakhir nan menentukan dalam perebutan gelar MotoGP pada tahun 2023 bakal segera tiba. Pecco Bagnaia sebagai pembalap pabrikan sekaligus pemimpin klasemen tentu saja berada di bawah tekanan. Pada hari Kamis di Sepang, dia menekankan, “Senang sekali mendapat tekanan seperti ini. Karena kami berkompetisi untuk memperebutkan gelar. Jika kita tidak merasakan tekanan, itu berfaedah kita tidak terlalu peduli dengan apa nan kami lakukan. Merupakan perihal nan normal untuk mendapat tekanan dan menurutku itu juga merupakan motivasi untuk lebih berkembang dan menjadi juara bumi lagi.”
Sebagai juara bertahan, rider berumur 26 tahun itu lebih diuntungkan lantaran mempunyai pengalaman dari pertarungan Gelar Dunia tahun lalu, tidak seperti penantangnya Jorge Martin. Sulit untuk mengatakan seberapa besar perihal ini membantu Pecco.
Pembalap asal Turin Italia itu menjelaskan, “Tahun lampau saya merasakan banyak tekanan sepanjang akhir pekan di Sepang dan kemudian memenangkan balapan. Setiap orang dan pembalap bereaksi berbeda terhadap tekanan tersebut. Memang bisa berdampak, tapi selalu menjadi motivasi. Saya tidak tahu tentang Jorge. Pengalaman ini pasti dapat membantuku, tetapi situasinya betul-betul berbeda dibandingkan tahun lalu.”
Apa nan bisa menguntungkan Pecco di balapan terakhir musim ini? Sejak GP Thailand, Martin sudah diperingatkan lantaran membalap berada di bawah pemisah tekanan ban. Untuk pelanggaran berikutnya, bintang Pramac itu bakal menghadapi penalti 3 detik. Apakah perihal ini memberikan kesempatan bagi Bagnaia untuk memanfaatkan kelebihan ini secara strategis, terutama mengingat suhu nan tinggi di Sepang?
“Kami tahu betul gimana keadaan bisa berubah jika kita tetap berada di bawah batas. Itu memberikan untung besar pada rem dan saat memasuki tikungan. Senang rasanya mempunyai semacam kartu ‘joker’ untuk balapan ini. Namun di Qatar keuntungannya bisa lebih besar lagi. Karena di sana dingin dan kelembapannya cukup tinggi. Jadi itu bakal berbeda lagi. Tapi ya, itu bisa menjadi satu perihal nan bisa membantu kami dalam beberapa situasi,” jawab pembalap Ducati Lenovo itu.
Juara bumi MotoGP 2022 itu tidak pernah merahasiakan kebenaran bahwa menurutnya pengaturan tekanan ban tidak masuk akal. Tapi sekarang dia menemukan dirinya dalam situasi di mana dia mungkin bisa mendapatkan untung darinya. Namun demikian, dia kembali menegaskan, “Tidak ada seorang pun nan menyukai patokan ini!”
Membalap tidak lebih kondusif jika nilai minimum nan ditentukan oleh Michelin dipatuhi, justru sebaliknya. “Jika kita mempunyai tekanan nan lebih tinggi, seperti nan saya alami di Thailand, sangat mudah untuk kehilangan kendali di bagian depan. Dan sepertinya mulai tahun depan kita bakal keluar dari balapan dengan pelanggaran pertama,” tegas adik Carola Bagnaia itu.
Pecco melanjutkan, “Tidaklah betul untuk mengatakan bahwa kita bisa mendapatkan untung jika kita mengabaikan aturan. Itu gila. Namun apalagi sebelum peraturan ini diberlakukan, kami berupaya keras untuk meningkatkan tekanan. Tapi kita tidak pernah tahu gimana balapan bakal berkembang.”
“Mungkin kita memulai pada 1,7 bar dan tekanannya tidak meningkat, di lain waktu kita mencapai 2,2 bar meskipun kita memulai pada tekanan nan sama. Itu menyulitkan dan tim saya melakukan pekerjaan luar biasa dalam menjaga tekanan ban tetap konsisten. Tapi itu sangat sulit,” pungkas siswa Valentino Rossi itu.
This post was last modified on 9 November 2023 22:28