BANGBARA.COM - Indonesia AIDS Coalition (IAC) mengusulkan banding terhadap paten sekunder obat HIV Lenacapavir di Komisi Banding Paten, Kementerian Hukum dan HAM. Langkah ini bermaksud untuk memastikan akses nan lebih terjangkau bagi orang dengan HIV (ODHIV) di Indonesia. Berdasarkan info Kementerian Kesehatan per Agustus 2024, hanya 62% dari 503.261 ODHIV nan telah mengakses pengobatan. Meskipun pemerintah telah melakukan beragam upaya, tetap ada kesenjangan besar dalam akses pengobatan dan penekanan virus, nan menjadi halangan utama dalam mencapai sasaran dunia untuk mengakhiri epidemi AIDS pada 2030.
Lenacapavir adalah obat antiretroviral (ARV) long-acting nan hanya memerlukan dua kali suntikan per tahun, menawarkan pengganti nan lebih praktis dibandingkan obat-obatan harian. Namun, paten nan diajukan oleh Gilead Sciences di Indonesia membatasi akses ke obat ini. IAC beranggapan bahwa paten nan diajukan tidak sesuai dengan undang-undang paten Indonesia, nan melarang praktik 'evergreening' alias perpanjangan monopoli dengan perubahan mini nan tidak signifikan. Paten ini menyebabkan nilai Lenacapavir menjadi sangat tinggi, sekitar $42.250 per tahun, sehingga tak terjangkau bagi kebanyakan ODHIV di Indonesia.
Penelitian dari Universitas Liverpool memperkirakan bahwa jenis generik Lenacapavir dapat diproduksi jauh lebih murah, hanya sekitar $26-$40 per tahun jika diproduksi massal. Perbedaan nilai nan signifikan ini menunjukkan pentingnya upaya untuk membuka akses pada obat generik. IAC menekankan bahwa monopoli tidak berdasar atas obat-obatan krusial seperti Lenacapavir tidak boleh dibiarkan, lantaran obat ini mempunyai potensi besar untuk membantu mengakhiri epidemi AIDS jika bisa diakses oleh semua.
Banding paten nan dilakukan IAC adalah bagian dari pembelaan dunia nan dipimpin oleh konsorsium Make Medicines Affordable, nan menantang monopoli obat di negara berkembang. Selain Indonesia, organisasi dari India, Argentina, Vietnam, dan Thailand juga telah mengusulkan banding paten terhadap Gilead. Mereka berjuang agar Lenacapavir dapat tersedia dengan nilai terjangkau, sehingga setiap orang nan memerlukan bisa mendapatkan pengobatan nan efektif tanpa dibatasi oleh paten nan tidak adil.
Sumber: VRITIMES
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian alias keseluruhan tulisan
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: Abdul Kholilulloh