Kisah Pelantikan Ali bin Abi Thalib Sebagai Khalifah Keempat

Sedang Trending 11 bulan yang lalu

Berikut penjelasan mengenai kisah pelantikan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat. Setelah khalifah ketiga, Utsman bin Affan wafat di tangan pemberontak, kepemimpinan umat Islam menjadi kosong, dan itu tidak boleh terjadi. Pemimpin baru kudu segera dilantik.

Dari pihak pemberontak sendiri beranggapan bahwa Ali bin Abi Thalib nan paling memenuhi syarat untuk kedudukan khalifah tersebut sehingga mereka pun mendesak Ali untuk menerima baiat. Namun Sayyidina Ali menolak untuk dibaiat, beliau menjawab;

“Itu bukan kewenangan kalian, melainkan kewenangan para veteran Badar. Orang nan disenangi para veteran Badarlah nan bakal menjadi khalifah,”.

Merujuk kitab Ali bin Abi Thalib, sampai kepada Hasan dan Husain (Ali Audah, 2015), Sayyidina Ali bin Abi Thalib apalagi menolak beberapa kali ketika ditunjuk menjadi Khalifah keempat.

Dikisahkan, sesaat setelah Sayyidina Utsman bin Affan terbunuh para sahabat senior Nabi Muhammad saw. dari kalangan Muhajirin dan Anshar seperti Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan lainnya mendatangi rumah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Mereka meyakinkan bahwa nan paling layak dan berkuasa menjadi Khalifah keempat adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Mereka mendesak Sayyidina Ali bin Abi Thalib agar bersedia dibaiat. Umat tidak boleh terlalu lama tanpa pemimpin. Terlebih setelah terjadi pemberontakan terhadap Khalifah Utsman bin Affan, Khalifah ketiga, di beberapa wilayah kekuasaan Islam. Sayyidina Ali dipilih lantaran kedudukan dan hubungannya nan begitu dekat dengan Nabi Muhammad saw. Di samping dia termasuk golongan pertama nan masuk Islam (assabiqunal awwalun).

Namun pada saat itu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib menolak untuk dibaiat.  “Jangan! Lebih baik saya menjadi wazir daripada Amir,” kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengelak. 

- Advertisement -Allo Fresh

Ternyata, tak seorang pun veteran Badar nan tak datang menemui Ali dan berkata, “Menurut kami tidak ada orang nan lebih berkuasa atas posisi itu daripada engkau. Ulurkanlah tanganmu untuk kami baiat.” Mereka pun membaiatnya.

Kendati pun pada awalnya, banyak sahabat tidak ikut membaiatnya, antara lain Sa’ad bin Abi Waqqash, Usamah bin Zaid, Al-Mughirah bin Syu’bah, An-Nu’man bin Basyir, dan Hassan bin Tsabit, pada akhirnya mereka membaiat Ali dan berdirilah semua masyarakat Madinah untuk membaiat Ali juga.

Sayyidina Ali lampau menyampaikan pidato pertamanya sebagai khalifah;

“Allah telah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk nan jelas mana nan baik dan mana nan buruk.

Ambillah nan baik dan dan tinggalkan nan buruk, melaksanakan segala tanggungjawab kepada Allah nan bakal mengantarkan kalian ke surga. Bagi kalian sudah jelas segala nan diharamkan oleh Allah, dan ini merupakan suatu kehormatan bagi setiap muslim.

Laksanakan dengan tulus dan bersatulah. Seorang muslim adalah nan dapat menyelamatkan orang lain dengan lidah alias tangannya atas dasar kebenaran, dan tidak boleh mengganggu. Utamakan kepentingan umum.

Takutlah kalian kepada Allah mengenai hak-hak manusia dan negerinya. Sampai kepadanya soal sejengkal tanah dan soal hewan sekalipun kalian kudu ikut bertanggung jawab. Taatlah kalian kepada Allah dan jangan melanggar perintah-Nya. Bila kalian memandang nan baik ambillah dan jika memandang nan jelek tinggalkanlah,”

Demikian penjelasan mengenai kisah pelantikan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat. Penjelasan ini disarikan dari kitab Fiqh al-Sirah Al-Nabawi karya Syaikh Said Ramadhan al-Buthi, Al-Bidayah Wa Al-Nihayah karya Syekh Ismail bin Umar, dan Al-Asas Fi Al-Sunnah Wa Fiqhiha: Al-Sirah Al-Nabawiyah karya Syekh Hawwa.

Selengkapnya
Sumber Info Seputar Islam bincangsyariah
Info Seputar Islam bincangsyariah