Jakarta -
Hari Autisme Sedunia namalain World Autism Awareness Day diperingati setiap tanggal 2 April. Diana Rikasari turut merayakan momen ini dengan memberi ucapan menyentuh kepada sang putra.
Penulis berumur 39 tahun itu dikaruniai seorang anak laki-laki nan didiagnosis autism spectrum disorder (ASD). Dalam unggahan terbarunya di media sosial, dia memperlihatkan potret sang putra nan berjulukan Shahmeer. Diana kemudian memaparkan kondisi nan dialami oleh Shahmeer.
"Happy World Autism Acceptance Day. My son is autistic, non-verbal, has very minimum level of comprehension, cannot read nor write nor count. (Selamat Hari Autisme Sedunia. Anak saya adalah penyandang autisme, non-verbal, tingkat pemahamannya sangat minim, tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung)" tulisnya di akun IG @dianarikasari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisi tersebut, Diana menyebut bahwa anaknya tidak bisa hati-hati terhadap ancaman sehingga kudu diawasi setiap hari. Bocah berumur 10 tahun itu juga tetap memakai popok.
Diana Rikasari merasa bangga dan berterima kasih lantaran dikaruniai seorang putra seperti Shahmeer. Meski begitu, Diana tak memungkiri bahwa dia mengalami kesulitan dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus.
"I am thankful for life, for him, for everything he is, although our life is not at all 'easy'. (Aku mensyukuri hidup, untuk dia, untuk segala apa adanya, meski hidup kita sama sekali tidak 'mudah')," dia bercerita.
"It felt very difficult in the earlier years, but nowadays, it's the life we know, and we embrace it with love and only love. I am a proud mother of an autistic young boy, and I have never cowered from society's standard of normalcy. (Rasanya sangat susah di tahun-tahun sebelumnya, namun saat ini, itulah kehidupan nan kami kenal, dan kami menerimanya dengan cinta dan hanya cinta. Saya bangga menjadi ibu dari seorang anak laki-laki autis, dan saya tidak pernah takut dengan standar kenormalan masyarakat)," imbuhnya.
Setiap kali pergi jalan-jalan berdampingan Shahmeer, Diana dan sang putra banyak mendapatkan tatap dari orang-orang asing di sekitar mereka. Namun Diana tak berkecil hati, Bunda. Ia apalagi membiarkan mereka bertanya-tanya mengenai kondisi sang putra.
"Going out with him has always invited many stares from strangers due to the odd noises and body movements he makes, sometimes followed by major meltdowns in public areas too. (Berpergian dengannya selalu mengundang tatapan dari orang asing lantaran suara-suara asing dan aktivitas tubuh nan dia lakukan, terkadang juga disertai dengan major meltdowns di tempat umum)," ujar Diana.
"But I don't want our life to stop just because all that. Let them stare, let them wonder, even better, let them ask me and I will always happily explain about autism. (Tapi saya tidak mau hidup kita berhujung hanya lantaran itu. Biarkan mereka menatap, bertanya-tanya, dan saya bakal dengan senang hati menjelaskan tentang autisme)," dia menambahkan.
Diana mendapatkan banyak pelajaran dari pengalamannya sebagai orang tua dengan anak penyandang ASD. Baca di laman setelah ini.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!