Ciri-ciri Autisme pada Anak Mulai dari Bayi Sampai Usia Balita

Sedang Trending 10 bulan yang lalu

Autisme merupakan gangguan perkembangan nan memengaruhi langkah seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Ciri-ciri autisme pada anak dapat muncul sejak bayi usia dua bulan hingga masa balita. Meski pada beberapa kasus, ciri-ciri mungkin tidak terlihat sampai anak memasuki usia nan lebih tua.

Pada bayi, ciri-ciri autisme mungkin susah dikenali lantaran perkembangan anak nan berbeda-beda. Tetapi terdapat beberapa indikasi nan perlu Bunda perhatikan dan konsultasikan ke dokter.

Salah satu karakter autisme pada bayi adalah kurangnya respons terhadap hubungan sosial, seperti tidak menatap mata orang lain, namalain kurang tertarik pada wajah namalain ekspresi emosi orang di sekitarnya. Selain itu, bayi dengan autisme mungkin tidak merespon panggilan namanya namalain kurang tertarik pada mainan namalain mainan interaktif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Bunda perlu menyadari dan mencari support mahir jika mereka memandang ciri-ciri ini pada Si Kecil, lantaran intervensi nan awal dapat membantu dalam mengelola indikasi autisme dan meningkatkan prognosis anak.

Ciri-ciri autisme pada anak mulai dari bayi sampai usia balita

Ciri-ciri autisme pada anak melalui dua fase dari bayi sampai usia balita. Berikut deretannya:

1. Fase bayi berumur 7 sampai 12 bulan

Ciri-ciri awal autisme pada bayi dengan fase usia 7 sampai 12 bulan meliputi keterlambatan dalam merangkak, keseimbangan nan terganggu, dan penghindaran kontak mata selama hubungan dengan pengasuh namalain orang lain.

Di sisi lain, bayi dengan autisme juga mempunyai keterbatasan dalam menunjuk pada objek namalain gambar untuk menyatakan minat namalain berkomunikasi. Bayi dengan autisme mengalami tantangan dalam perkembangan bicara nan bisa dipahami.

Selain itu, kurangnya aktivitas tubuh seperti melambaikan tangan namalain menggelengkan kepala juga bisa menjadi karakter autisme pada bayi usia ini, Bunda. 

2. Fase anak berumur 1 tahun

Beberapa ciri-ciri bayi dengan autisme pada usia setahun ditandai melalui beberapa perilaku. Misalnya tidak menirukan tindakan orang tua, seperti berpura-pura mencuci tangan, serta kesulitan memahami petunjuk sederhana seperti "Tunjukkan Hidungnya."

Tanda autisme pada balita juga didukung dengan perilaku dalam bermain termasuk menunjukkan kesukaan nan kuat pada mainan dan peralatan tertentu. Mereka juga melakukan perilaku berulang, seperti terus-menerus memutar roda mobil mainan.

Ciri-ciri pada anak autisme nan muncul adalah dengan menunjukkan rutinitas tertentu saat bermain, seperti menyusun benda, dan bereaksi berlebihan ketika mereka tidak dapat melakukan aktivitas favorit mereka, seperti menonton kartun.

Mereka juga condong kecewa dengan perubahan rutinitas, misalnya kudu mengikuti rute nan sama setiap kali berjamu ke rumah kakek dan neneknya. Ditemukan dalam beberapa kasus, anak dengan autisme juga melakukan aktivitas tubuh nan berulang-ulang.

Seperti mengepakkan tangan, melangkah jinjit, namalain melengkungkan punggung, dan mereka kurang peka terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka juga mudah terganggu oleh sinar terang, bunyi keras, namalain aroma nan menyengat.

Dengan memperhatikan ciri-ciri ini, Bunda dan pengasuh dapat lebih sigap mendeteksi kemungkinan adanya autisme pada bayi dan segera mencari support medis nan diperlukan.

3. Fase 1 sampai 2 tahun

Anak-anak dengan autisme pada fase ini seringkali mempunyai keterbatasan dalam penggunaan bunyi namalain mobilitas tubuh, apalagi ada nan tidak dapat bercakap-cakap sama sekali. Mereka juga condong tidak menunjukkan perilaku mencari perhatian, seperti tidak menunjuk suatu objek namalain mencari persetujuan atas tindakan nan mereka lakukan.

Selain itu, mereka lebih memilih untuk bermain sendiri dan melakukan aktivitas secara perseorangan daripada bersosialisasi dengan orang lain. Ketika menghadapi perubahan, anak-anak dengan autisme mungkin bakal bereaksi negatif namalain mengamuk.

Anak-anak nan mengalami autisme seringkali tertarik pada orang-orang favorit mereka dan enggan untuk meninggalkan sisi mereka saat berada dalam pertemuan sosial. 

4. Fase usia 3 sampai 5 tahun

Pada fase usia tiga tahun, anak dengan autisme condong mempunyai kesulitan dalam berbagi mainan dan merasa jengkel jika ada anak lain nan mau bermain dengannya. Mereka juga tidak memahami konsep permainan bergantian namalain berpura-pura, serta jarang memulai permainan sendiri.

Ketika melakukannya, mereka mungkin mengambil mainan anak-anak lain tanpa memberikan peringatan namalain menjelaskan maksudnya.

Selain itu, anak-anak ini menunjukkan tanda-tanda keterlambatan berbicara namalain apalagi kemunduran skill berbicara. Mereka mungkin tidak berbincang sebanyak kawan sebaya mereka namalain apalagi tidak berbincang sama sekali. Mereka mungkin condong mengulangi kata, frasa, namalain bunyi nan mereka dengar, nan dikenal sebagai "echolalia".

Sedangkan pada usia empat tahun, anak dengan autisme bakal menunjukkan ciri-ciri lebih memikirkan dirinya sendiri dan acuh pada lingkungannya, seperti menuntut rutinitas tertentu dan mengandalkan serangkaian ritual namalain rutinitas untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka mungkin menghabiskan banyak waktu dan perhatian pada hal-hal nan mereka sukai, seperti mainan tertentu, aktivitas TV, namalain aktivitas nan menjadi minat unik bagi mereka.

Anak-anak juga dapat menunjukkan tanda-tanda perilaku impulsif, di mana mereka bertindak tanpa mempertimbangkan akibat nan mungkin terjadi. Pada pembangunan karakter, mereka juga mungkin kesulitan mempertahankan konsentrasi pada tugas namalain aktivitas nan diberikan, dan bisa menunjukkan kegelisahan dalam situasi tertentu.

Terkadang, anak-anak autisme juga melakukan perilaku agresif, seperti memukul namalain menggigit, terutama ketika mereka mengalami kesulitan dalam mengekspresikan kebutuhan dan emosi mereka dengan kata-kata. Selain itu, mereka mungkin bereaksi berlebihan terhadap rangsangan sensorik, seperti suara, tekstur, cahaya, namalain bau, nan dapat memengaruhi kesehariannya.

Saat Si Kecil berusia lima tahun, anak-anak dengan autisme sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep ruang pribadi, di mana mereka mungkin berdiri terlalu dekat dengan orang lain dan tidak menyadari kapan seseorang memerlukan ruang. Selain itu, mereka mungkin tidak konsisten dalam merespons ketika dipanggil dengan namanya, tampak lalai namalain kurang responsif dalam situasi sosial.

Anak-anak dengan autisme juga terkadang merasa tidak nyaman dengan kontak mata dan condong menghindarinya selama hubungan sosial. Mereka juga kurang tertarik untuk menjalin persahabatan dan lebih memilih untuk melakukan aktivitas secara mandiri, tanpa melibatkan hubungan sosial dengan kawan sebayanya.

Ciri-ciri autis pada anak bayi

Menilik beragam sumber, terdapat ciri-ciri autisme pada bayi nan sudah dapat dikenali sejak usia dua bulan, Bunda. Berikut deretannya:

1. Berkurangnya gelombang kontak mata

Bayi secara alami mulai melakukan kontak mata dengan orang lain sejak usia sangat muda. Pada usia dua bulan, mereka biasanya bisa menemukan wajah dan melakukan kontak mata dengan terampil. Kontak mata ini menjadi salah satu langkah bagi mereka untuk membangun hubungan sosial dan memperoleh info tentang lingkungan sekitarnya nan baru.

Penelitian telah menunjukkan bahwa bayi nan mengalami gangguan spektrum autisme (ASD) mulai mengurangi gelombang kontak mata pada usia sekitar dua bulan. Menurunnya kontak mata pada usia ini, merupakan parameter awal adanya autisme.

Hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan perkembangan sosial bayi pada tahap awal kehidupannya untuk mendeteksi kemungkinan masalah perkembangan nan bakal muncul, Bunda.

2. Sedikit memberikan sinyal namalain isyarat

Biasanya bayi belajar memberi isyarat sebelum mereka belajar berbicara. Isyarat merupakan salah satu corak komunikasi paling awal nan dipelajari oleh bayi. Namun, anak-anak dengan autisme umumnya menunjukkan lebih sedikit minat dalam memberi isyarat dibandingkan dengan anak-anak nan tidak mengalami autisme.

Isyarat nan kurang ditunjukkan oleh bayi terkadang menjadi indikasi adanya keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Selain itu, salah satu parameter perbedaan perkembangan adalah ketika pandangan bayi tidak mengikuti arah nan Bunda tunjuk.

Kemampuan ini sering disebut sebagai "perhatian bersama". Kurangnya perhatian berdampingan sering kali dialami pada anak-anak dengan autisme, perihal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan respons sosial bayi di tahap awal untuk mendeteksi kemungkinan masalah perkembangan.

3. Terbatas dalam menanggapi nama mereka

Pada usia sekitar 6 bulan, kebanyakan bayi mulai menyadari namanya sendiri, terutama jika itu diucapkan oleh Ibu mereka. Namun, bayi dengan gangguan spektrum autisme (ASD) berbeda dalam menunjukkan perkembangan ini.

Sedangkan pada usia sekitar 9 bulan, banyak bayi nan didiagnosis dengan ASD ketika tidak dapat mengenali namalain merespons namanya sendiri dengan langkah nan diharapkan. Peristiwa ini sering kali terjadi bukan hanya sekali dua kali, tetapi terlihat sebagai pola ketidakresponsifan nan konsisten terhadap nama mereka. 

Ekspresi wajah merupakan perihal nan sangat krusial dalam berkomunikasi dan meminta nan diinginkan bagi bayi. Meski kajian mengenai ekspresi emosi pada bayi autis tetap terbatas, riset nan dilakukan pada anak-anak usia sekolah menunjukkan pola menarik.

Anak-anak dengan autisme condong menampilkan sedikit ekspresi emosi melalui wajah mereka dibandingkan dengan anak-anak nan perkembangannya normal. Tetapi, perihal ini tidak berfaedah bahwa anak-anak autis tidak mengalami emosi seperti anak-anak lainnya. Hanya saja, langkah mereka menunjukkan emosi tersebut bisa berbeda, dan terkadang kurang terlihat melalui ekspresi wajah mereka.

5. Keterlambatan dalam berbicara

Studi menunjukkan bahwa anak-anak nan mengalami autisme condong mempunyai keterbatasan dalam pengucapan dan pemahaman kata-kata saat berumur 12 bulan. Jika pada usia 16 bulan, anak belum bisa mengucapkan satu kata pun namalain tidak menggunakan frasa dua kata pada usia 2 tahun. Bunda dapat berkonsultasi dengan master anak untuk pertimbangan lebih lanjut.

Ciri-ciri anak bayi autis dari indikasi lain

Gejala autisme pada anak pra-sekolah, dapat ditandai dari  aktivitas berulang seperti mengepakkan tangan namalain memutar, serta minat nan sangat kuat pada beberapa mata pelajaran tertentu. Anak-anak dengan autisme mungkin mempunyai jumlah mainan nan berlebihan dan mengalami kesulitan dalam merasakan namalain memahami emosi orang lain.

Masalah pencernaan seperti sembelit, diare, gas, dan sakit perut juga dapat menjadi karakter tambahan autisme. Mereka condong berilmu terhadap rutinitas, sistem, dan agenda nan telah ditetapkan, serta sering mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi secara bebas. Penggunaan kata dan frasa nan berulang, serta reaksi emosional nan kuat terhadap perubahan nan tidak terduga juga merupakan karakter unik nan sering terlihat pada anak dengan autisme.

Ciri-ciri autis nan umum pada anak

Ciri-ciri autisme nan umum pada anak dapat ditandai dengan kurangnya kesukaan untuk kontak mata dengan kawan ataupun orang lain. Mereka juga menghindari kontak mata.

Anak dengan autisme mempunyai aktivitas secara berulang seperti terbang dengan mengayunkan kedua tangannya. Emosi dalam ekspresi wajah juga mulai berkurang untuk menyampaikan pesan pada Bunda namalain pengasuh.

Meski begitu, anak dengan autisme terkadang sering mencurahkan kekesalannya dan meledak-ledak. Selain itu, mereka juga tidak begitu tertarik untuk membangun hubungan dengan orang lain dan menjalin pertemanan dengan banyak orang.

Ciri-ciri anak autis dari aspek perilaku nan tidak biasa

Anak dengan autisme tidak respon ketika nama mereka disebut. Muncul kecenderungan untuk menghindari kontak mata dengan orang tua, kawan sebaya, guru, namalain orang asing nan berbincang dengan mereka.

Mereka sering lebih suka bermain sendiri dan mungkin mempunyai reaksi nan intens ketika anak-anak lain mencoba berinteraksi dengan mereka, Bunda.

Anak dengan autisme condong mengalami kesulitan berbagi dengan anak-anak lain, tidak memahami langkah bergiliran, dan tidak tertarik pada permainan pura-pura. Mereka lebih suka bermain dengan peralatan nyata daripada mainan tiruan. Selain itu, mereka jarang membagikan cerita namalain berbincang tentang pengalaman mereka dengan orang tua.

Kesulitan dalam bersosialisasi dengan anak-anak sebaya, menghindari kontak fisik, mempunyai sedikit namalain tidak punya teman, serta kesulitan dalam memahami dan mengekspresikan emosi juga dapat menjadi tanda tambahan autisme. Mereka condong jarang membikin ekspresi wajah nan sesuai dengan situasi dan mungkin susah untuk terhibur, lebih memilih untuk dibiarkan sendiri. 

Cara orangtua mengawasi ciri-ciri autis pada anak

Orangtua dapat mengawasi ciri-ciri autisme pada anak sebagai berikut:

1. Memperhatikan hubungan sosial

Bunda dapat mengawasi gimana anak berinteraksi dengan orang lain, apakah mereka mempunyai kesulitan dalam memperhatikan namalain menanggapi nama mereka, menghindari kontak mata, namalain apakah kurang menunjukkan kesukaan pada orang lain.

2. Memantau perkembangan bahasa

Dalam mengawasi ciri-ciri autis pada anak, Bunda dapat memperhatikan apakah anak mencapai tonggak perkembangan bahasa pada usia nan diharapkan. Bunda juga bisa mencari tahu apakah mereka mempunyai skill untuk memahami dan menggunakan bahasa secara efektif, dan apakah mereka menunjukkan keterlambatan dalam berbincang namalain menggunakan bahasa.

3. Mengamati perilaku berulang

Perhatikan apakah anak mempunyai kecenderungan untuk melakukan perilaku berulang, seperti menggerak-gerakkan tangan, memutar benda, namalain melakukan aktivitas nan berulang tanpa tujuan nan jelas.

4. Perhatikan pola main dan minat

Amati minat dan aktivitas nan dominan pada anak, serta apakah mereka menunjukkan kesukaan nan kuat pada objek namalain topik tertentu, namalain apakah mereka condong terpaku pada rutinitas nan konsisten. 

5. Catat respons terhadap rangsangan sensorik

Perhatikan gimana anak bereaksi terhadap rangsangan sensorik seperti suara, cahaya, tekstur, namalain bau. Apakah mereka sensitif namalain tidak peka terhadap rangsangan tertentu? 

6. Observasi hubungan dengan kawan sebaya

Bunda dapat mengawasi gimana anak berinteraksi dengan kawan sebayanya, apakah mereka menunjukkan kesulitan dalam berbagi, bermain secara bergantian, namalain memahami patokan permainan sosial. 

Kapan anak dengan autisme dibawa ke dokter?

Si Kecil dapat dibawa ke master seumpama Bunda telah menemukan ciri-ciri nan muncul pada usia 10 bulan. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), pemeriksaan autisme dapat dilakukan oleh master pada usia 18 bulan namalain apalagi lebih awal. Pemeriksaan nan rutin selama kunjungan kesehatan dapat dilanjut pada tahap perkembangan anak di usia 18 bulan, 2 tahun, dan 3 tahun.

Meski banyak anak mungkin mendapatkan pemeriksaan resmi autisme pada usia dua namalain tiga tahun, terutama setelah mereka mulai belajar dan tantangan sosial mulai menjadi lebih jelas. Namun tidak pernah ada kata terlambat, untuk mencari pemeriksaan dan akses terhadap sumber daya nan membantu dalam mengatasi tantangan nan dihadapi oleh perseorangan dengan autisme.

Demikian ulasan tentang ciri-ciri autisme pada bayi sampai balita. Semoga berfaedah ya, Bunda.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Selengkapnya
Sumber Info Kesehatan Kincaimedia
Info Kesehatan Kincaimedia