Jakarta -
Si Kecil termasuk anak nan susah tertidur di malam hari ya, Bunda? Kalau begitu, tidak ada salahnya untuk membantu mereka dengan membacakan cerita dongeng pendek.
Membacakan anak cerita terkadang membikin mereka menjadi lebih mudah tertidur. Pastikan Bunda membacakan cerita dengan alur dan tokoh nan menarik, ya.
Selain cerita, dongeng nan Bunda bacakan juga kudu mempunyai pesan moral nan mendalam. Dengan begitu, anak bakal terus mengingat dan menjadikannya sebagai pelajaran.
Cerita dongeng pendek untuk anak sebelum tidur
Melansir dari beragam sumber, ada beberapa cerita dongeng anak pendek nan bisa dibacakan sebelum tidur. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:
1. Bawang Merah dan Bawang Putih
Dahulu kala, hiduplah Bawang Putih dan kerabat tirinya, Bawang Merah. Ibu Bawang Putih meninggal ketika dia tetap bayi. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan mempunyai anak berjulukan Bawang Merah.
Tak berselang lama, ayahnya pun meninggal. Setelah itu, kehidupan Bawang Putih banget menyedihkan. Kesehariannya, Bawang Putih selalu diminta untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah termasuk mencuci baju.
Suatu hari ketika sedang mencuci, baju ibu tiri Bawang Putih hanyut. Bawang Putih pun bingung sampai akhirnya berjumpa dengan seorang nenek nan mengatakan jika dia menyimpan baju nan hanyut itu dan bakal mengembalikannya dengan satu syarat. Bawang Putih kudu membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Bawang Putih pun menuruti.
Setelah selesai, nenek itu mengembalikan baju ibu tirinya. Nenek itu juga memberinya hadiah. Bawang Putih kudu memilih salah satu labu untuk dibawa pulang, ada labu besar dan labu kecil. Bawang Putih memilih nan kecil. Sesampainya di rumah alangkah terkejutnya dia beserta ibu dan kerabat tirinya, rupanya labu itu berisi banyak perhiasan.
Keesokan harinya, Bawang Merah melakukan perihal nan sama seperti Bawang Putih. Ia pura-pura menghanyutkan pakaiannya. Kemudian, memilih labu nan besar. Ketika dibuka labu itu malah berisi ular.
Bawang Merah dan ibunya pun merasa itu adalah corak teguran dari Tuhan untuk mereka lantaran sudah memperlakukan Bawang Putih layaknya seorang pembantu. Mereka menyadari semua kesalahannya selama ini pada Bawang Putih dan meminta maaf.
Pesan moral: Tidak boleh berperilaku jelek terhadap orang lain dan mempunyai sifat serakah.
2. Burung Bangau nan Angkuh
Seekor bangau melangkah dengan langkah nan anggun di sepanjang sebuah sungai kecil, matanya menatap air sungai nan jernih, leher dan paruhnya nan panjang siap untuk menangkap mangsa di air sebagai sarapan paginya.
Saat itu, sungai dipenuhi dengan ikan-ikan nan berenang, tetapi sang Bangau merasa sedikit arogan di pagi hari itu.
"Saya tak mau makan ikan-ikan nan kecil," katanya kepada diri sendiri. "Ikan nan mini tidak layak dimakan oleh bangau nan anggun seperti saya."
Sekarang, seekor ikan nan sedikit lebih besar dari ikan lain, lewat di dekatnya.
"Tidak," kata sang Bangau. "Saya tidak bakal merepotkan diri saya untuk membuka paruh dan menyantap ikan sebesar itu!"
Saat mentari mulai meninggi, ikan-ikan nan berada pada air nan dangkal dekat pinggiran sungai, akhirnya berenang pindah ke tengah sungai nan lebih dalam dan dingin. Sang Bangau nan tidak memandang ikan lagi, terpaksa kudu puas dengan menyantap siput mini di pinggiran sungai.
Pesan moral: Cerita ini mengajarkan anak untuk tidak bersikap angkuh, Bunda. Karena sifat ini hanya bakal merugikan, baik orang lain maupun pada diri sendiri.
3. Angsa dan Telur Emas
Suatu hari, seorang petani membawa seekor angsa pulang ke rumahnya. Esoknya, angsa itu mengeluarkan telur emas.
"Angsa ajaib," kata petani. la segera membawa telur emas itu ke pedagang emas di pasar untuk mengetahui apakah telur tersebut betul-betul emas.
"Ini emas murni," kata pedagang emas. Pedagang tersebut membelinya dengan duit nan banyak. Sejak saat itu, angsa setiap hari mengeluarkan telur emas. Kini, petani telah mempunyai selusin telur emas. Namun, petani itu tetap belum puas.
"Aku bakal kaya raya. Tapi, saya mau angsa mengeluarkan lebih banyak telur emas setiap hari agar saya sigap kaya," kata petani.
Setelah angsa mengeluarkan telur emas nan banyak dalam sehari, petani tetap belum puas juga.
"Angsa itu mengeluarkan banyak telur emas. Aku tidak bakal menunggu besok. Aku mau sigap kaya. Aku bakal menyembelih angsa itu dan mengambil seluruh emas dalam tubuhnya," pikir petani.
Petani itu akhirnya menyembelih angsa, namun sungguh kagetnya dia. Alih-alih menemukan banyak telur emas, justru dia tidak menemukan satupun di dalam tubuh angsa.
Kini, petani hanya bisa menyesal. Karena serakah, dia telah menyembelih angsa. Andai saja tidak menyembelih angsa itu, pasti tetap bisa mendapatkan telur emas. Itulah akibat dari keserakahan.
Pesan moral: Cerita ini mengajari anak untuk tidak menjadi orang nan serakah, Bunda. Untuk meraih kesuksesan, diperlukan kerja keras dan kesabaran. Orang nan serakah dan tidak sabar hanya bakal mendapat kerugian.
4. Asal Usul Danau Maninjau
Di kaki Gunung Tinjau, hidup sepuluh orang berkerabat nan disebut dengan Bujang Sembilan. Si sulung berjulukan Kukuban dan si bungsu berjulukan Sani. Mereka mempunyai om berjulukan Datuk Limbatang. Datuk Limbatang mempunyai putra berjulukan Giran. Sani dan Giran saling meletakkan hati.
Saat musim panen, diadakanlah adu silat. Giran dan Kukuban pun bertanding, mereka sama kuatnya. Namun Kukuban kalah dan merasa dendam kepada Giran.
Beberapa hari kemudian, Datuk Limbatang datang meminang Sani untuk Giran tapi Kukuban menolaknya. Sani dan Giran pun bersedih, mereka berjumpa di sebuah ladang untuk mencari solusi. Sepotong ranting berduri tersangkut pada sarung Sani hingga melukai pahanya.
Giran bermaksud mengobati luka itu dengan ramuan. Tiba-tiba masyarakat datang menuduh mereka telah melakukan perbuatan terlarang sehingga kudu dihukum. Betapapun Giran dan Sani mencoba memihak diri, masyarakat tidak menghiraukannya.
Sebelum dihukum, Giran bermohon jika mereka bersalah, dia rela tubuhnya hancur di dalam kawah gunung. Tetapi jika tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan.
Setelah Giran dan Sani melompat ke kawah, gunung itu pun meletus. Bujang Sembilan pun menjelma menjadi ikan. Letusan gunung Tinjau itu membentuk kawah luas nan berubah menjadi waduk nan diberi nama Danau Maninjau.
Pesan moral: Dari cerita ini tersirat pesan moral bahwa tidak baik menyimpan dendam dan prasangka jelek terhadap orang lain. Cerita ini berasal dari Sumatera Barat.
5. Si Kera dan Pohon Pisang
Pada suatu hari, Kera dan Kura-kura sepakat untuk menanam pohon pisang. Lalu, mereka pergi ke pinggir sungai dan menemukan sebatang pohon pisang nan hanyut di sungai.
Setelah mendapatkannya, mereka langsung membagi dua pohon pisang tersebut untuk ditanam di rumah masing-masing. Kera mengambil bagian ujung, sedangkan Kura-kura diberi bagian pangkal pohon.
Seiring dengan berjalannya waktu, pohon pisang nan ditanam oleh Kura-kura telah tumbuh tinggi dan berbuah lebat. Sementara itu, pohon pisang nan ditanam oleh Si Kera tidak tumbuh.
Saat Kera berjamu ke rumah Kura-Kura untuk memandang pohon pisangnya, Kura-kura meminta tolong Kera untuk mengambil buah pisangnya. Namun, sangat disayangkan, Kera dengan serakah menyantap banyak buah pisang Kura-kura sendirian dan akhirnya sakit perut.
Setelah kejadian tersebut, Kera merasa bersalah dan meminta maaf kepada Kura-kura. Walaupun pernah disakiti, Kura-kura tetap memaafkannya dan tetap menjadi sahabat Si Kera.
Pesan moral: Selain selalu berbagi dan tidak serakah, dongeng ini juga mengajarkan anak untuk memaafkan.
6. Si Kancil Mencuri Mentimun
Suatu hari Kancil jalan-jalan ke ladang mentimun milik manusia. Lalu Kancil tergiur untuk mengambil dan memakannya. Lalu dia terus menyantap mentimun sampai kenyang.
Sore harinya, Pak Tani pemilik ladang datang ke ladang dan sangat marah memandang timun-timunnya telah lenyap dan ladangnya berantakan. Esoknya Kancil datang lagi ke ladang untuk meminta maaf dan berupaya menyentuh kaki Pak Tani.
Ternyata nan disentuhnya bukanlah Pak Tani melainkan orang-orangan sawah nan sudah dilumuri oleh getah pohon, sehingga membikin Kancil terperangkap dan tidak bisa berjalan.
Saat Pak Tani datang, Pak Tani langsung menangkap Kancil dan membawa Kancil pulang ke rumah dan mengurungnya dengan rasa marah.
Pesan moral: Nasihat dari cerita ini untuk Si Kecil adalah jangan mengambil milik orang lain tanpa izin, lantaran itu merupakan perbuatan mencuri dan bakal membikin orang nan dicuri marah.
7. Dongeng Anak Kancil dan Buaya
Suatu hari, ada Kancil berjalan-jalan di dalam rimba untuk mencari makanan. Karena makanan di sekitar kediamannya telah berkurang, Kancil pun pergi untuk mencari di luar kawasannya.
Saat dihadapkan dengan sungai nan kudu disebranginya, Kancil mendapati banyak sekali buaya nan sedang kelaparan. Saat mendekati tepi sungai, dia pun memerintahkan kepada Buaya untuk memanggil kawanannya lantaran Raja Hutan bakal memberi mereka makan.
Kawanan Buaya itu pun diminta berbanjar ke permukaan lantaran jumlah mereka hendak dihitung Kancil. Buaya pun menuruti perintah Kancil. Tapi rupanya itu hanyalah tipu daya Kancil agar dia dapat menyebrangi sungai tanpa cengkraman para Buaya.
Pesan moral: Cerita nan sudah tidak asing ini mengajarkan bahwa kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan.
8. Cucing Pindah Rumah
Seekor kucing berjulukan Cucing menggigit tengkuk anaknya satu-satu. la pindah tempat tinggal. Beberapa hari kemudian, Cucing memindahkan lagi anak- anaknya ke lain tempat. Burung Pipit tersenyum memandang kelakuan Cucing. "Ngapain kucing kurang kerjaan itu, setiap waktu memindahkan anak-anaknya" ejeknya dalam hati.
"Selamat pagi, hewan kurang kerjaan," sapa Burung Pipit.
Cucing menjawab, "Maksudnya siapa nan kurang kerjaan?"
"Kamu," cuit burung Pipit tersenyum mengejek.
"Kurang kerjaan bagaimana?"
"Setiap waktu selalu memindahkan anak-anakmu. Bukankah itu kurang kerjaan?"
"Kalau Anda tidak mengerti sesuatu, sebaiknya jangan bicara," jawab Cucing.
Suatu hari, Burung Pipit menangis. Anak-anaknya hilang. Sarangnya kosong. Rupanya, seekor ular nan sejak seminggu silam mengintai Burung Pipit dan telah menemukan sarangnya.
"Hai, Pipit, Anda kenapa?" teriak Cucing nan sedang bermain dengan anak-anaknya di bawah sarang Burung Pipit.
"Anak-anakku dicuri ular," jawabnya sembari menangis. "Kamu mengerti, bukan, tujuanku memindahkan anak-anakku. Kalau tempatnya tetap, anak-anakku bisa lenyap dimangsa musang. Carilah tempat tinggal nan lebih tersembunyi namalain lebih tinggi," ucap Cucing. Burung Pipit akhirnya mengerti argumen Cucing sering memindahkan anak-anaknya.
Pesan moral: Dari kisah Cucing dan Burung Pipit, kita dapat mengambil pesan moral adalah daripada membicarakan orang lain, alangkah lebih baik untuk memikirkan diri sendiri.
10. Panen Pisang
Pada suatu hari, Kura-kura dan Monyet mau menanam pisang. Mereka tidak mau kekurangan makanan jika musim tandus tiba.
"Kapan kita menanamnya?" tanya Kura-kura.
"Besok saja. Kita berjumpa di kebun. Benihnya kita cari sendiri-sendiri,"
Esoknya, Kura-kura sudah menyiapkan makanan, cangkul, serta anak pohon pisang. Monyet membawa jantung pisang untuk ditanam.
"Kenapa jantungnya?" tanya Kura-kura. "Menanam pisang itu kudu anaknya. Kalau anaknya nan ditanam, pasti lama. Kalau jantungnya, pasti sigap keluar buahnya,"
Walaupun sudah diberi tahu, tapi Monyet tetap percaya dengan pendapatnya. Beberapa bulan kemudian, hati Kura-kura senang saat memandang pohon pisangnya sudah besar. Jantung pisang punya Monyet sama sekali tidak tumbuh.
"Dua hari lagi pisangnya sudah matang. Kalau mau membantu, kelak saya beri sebagian," kata Kura-kura.
Monyet nan iri segera bermaksud jahat. Pikiran liciknya muncul saat memandang pohon pisang Kura-kura. "Boleh, saya bakal membantu,"
Dua hari kemudian, mereka pergi memanen pisang. Monyet langsung menghampiri pohon pisang dan memetiknya dalam waktu singkat. Pisang nan dipetik terakhir dilemparkan ke bawah. Monyet bermaksud mengalihkan perhatian Kura-kura. Saat Kura-kura memunguti pisang, Monyet kabur membawa karung nan pisang.
"Dasar serakah! Kalau tidak diakali, tentu saya tidak kebagian buah pisangnya," kata Kura-kura sembari melangkah memunguti buah pisang nan terjatuh. Rupanya, karung nan diberikan ke Monyet sudah dilubangi. Pisang pun banyak nan berjatuhan.
Monyet menyadari sesuatu nan ganjil. Karung nan dibawanya ringan. Ternyata, karungnya berlubang. Monyet lemas dan tidak bisa menikmati pisang.
Pesan moral: Dongeng ini adalah orang nan serakah tidak bakal pernah merasa cukup meskipun mempunyai kekayaan nan sudah cukup banyak untuk dirinya sendiri.
11. Rumah Kura-Kura
Kura-kura bersungkawa lantaran rumahnya di pinggir sungai, sering hancur jika musim hujan. Saat itu Kura-kura belum mempunyai rumah nan menempel di punggungnya.
"Jangan menangis, Kura-kura. Lebih baik Anda membikin rumah di tempat nan lebih tinggi, biar tidak kena banjir," kata Monyet nan kebetulan lewat.
Kura-kura mulai membangun rumah di nan lebih tinggi, dibantu Monyet. Tapi, tiap ada hujan disertai angin, rumah Kura-kura tetap hancur.
"Kemarin kita salah lantaran membikin rumah tanpa dihubungkan ke dalam tanah," kata Monyet. Kura-kura berhujung menangis. Bersama Monyet, dia mulai membangun rumah lagi. Setiap sisi rumahnya ditopang dengan kayu panjang nan menancap di dalam tanah.
Suatu hari, rumah Kura-kura terbakar. la kembali bersedih. "Jangan menangis, Kura-kura. Biar rumahmu aman, sepertinya Anda kudu membikin rumah nan bisa dibawa-bawa," kata Monyet. "Dibawa?" Kura-kura tidak mengerti. "Aku kudu menggendong rumah nan besar?"
"Rumahnya tidak besar, tapi pas dengan tubuhmu,"
Kura-kura tersenyum. la menyukai buahpikiran Monyet. Esoknya, Kura-kura membikin rumah lagi. Kali ini, ukurannya dibuat kecil. Monyet membantu membuatnya. Ketika sudah jadi, peralatan itu diletakkan di punggung Kura-kura. Awalnya, memang terasa tidak nyaman. Tapi lama-lama, Kura-kura merasa nyaman. Rumah barunya juga tempat kondusif untuk berlindung. Ketika dalam bahaya, dia tinggal berlindung di rumah batoknya.
Pesan moral: Bersikap pantang menyerah dan terus berupaya keras bakal sesuatu perihal bakal membuahkan hasil nan sesuai dan bisa meraih keberhasilan nan diinginkan.
12. Putri Malu
Kancil sedang enak-enak bermain daun. Setiap Kancil menyentuh daun, daun itu bakal mengatup sendiri.
"Seru sekali," ucap Kancil.
"Kenapa kau suka bermain-main denganku?" tanya daun tersebut. Kancil kaget, rupanya daun nan dimainkannya bisa berbicara.
"Hal, perkenalkan, namaku Kancil. Kamu?" ucap Kancil.
"Orang-orang sering menyebutku Putri Malu. Panggil saja begitu," sahut Putri Malu.
"Baiklah, mulai sekarang, saya memanggilmu Putri Malu,"
"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Kancil," kata Putri Malu. "Oh, iya, saya lupa. Aku senang melihatmu mengatupkan daun. Sangat unik. Aku tidak pernah memandang daun sepertimu," jawab Kancil.
"Kancil, sebenarnya saya takut setiap ada nan menyentuh daunku. Aku takut Anda bakal memakanku," kata Putri Malu.
"Maafkan aku, Putri Malu. Aku sama sekali tidak bermaksud memakanmu," kata Kancil penuh rasa takut.
"Aku mengatupkan daunku untuk melindungi diri dari mangsa. Tidak apa-apa, Kancil,"
"Kenapa Anda mengatupkan daunmu? Bukankah hewan lain juga bisa memakanmu meski daunmu terkatup?" tanya Kancil penasaran.
"Daunku terkatup agar tampak layu. Jadi, hewan nan mau memakanku mengira daun itu layu dan rasanya tidak enak," jelas Putri Malu.
Kancil mengangguk. Kini dia mengerti kenapa Putri Malu sering mengatupkan daunnya ketika disentuh.
Pesan moral: Setiap makhluk buatan Tuhan mempunyai kelebihan dan keunikannya masing-masing, nan tentunya dapat menjadi suatu kelebihan tersendiri.
13. Kisah Gajah dan Semut
Gajah dikenal sebagai hewan nan besar. Suatu hari, kawanan gajah nan besar datang ke rimba untuk mencari makan.
Kehadiran gajah ini mengganggu kawanan semut nan tinggal di sana. Banyak rumah semut hancur lantaran diinjak gajah nan mencari makan.
"Pergilah dari sini, gajah! Ini wilayah tempat kami tinggal," kata salah satu semut.
Mendengar ucapan itu, gajah hanya tertawa. Ia tak peduli dan menganggap semut adalah hewan mini nan tidak berbahaya.
Kawanan semut merasa jengkel dan berencana untuk mengusir gajah-gajah itu dari rimba tempat mereka tinggal. Keesokan harinya, semut-semut mencoba bicara pada kawanan gajah dan meminta mereka meninggalkan hutan.
Gajah menolak untuk meninggalkan rimba dan perihal ini membikin kawanan semut semakin marah. Semut-semut itu pun menyerang area gajah dengan menggigit kulit dan masuk ke dalam telinga hingga gajah-gajah terjatuh.
Kawanan gajah akhirnya menyerah dan meninggalkan hutan. Mereka sadar bahwa semut-semut itu tidak bisa diremehkan hanya lantaran mempunyai badan kecil.
Pesan moral: Di kembali kisah gajah dan semut ini, tersimpan pesan nan bisa diajarkan pada anak-anak. Bunda bisa menjelaskan bahwa kita tidak boleh meremehkan orang lain dan merasa kuat lantaran mempunyai tubuh besar.
14. Bebek Buruk Rupa
Dikisahkan seorang petani mempunyai seekor bebek. Bebek ini melahirkan sepuluh telur dan semuanya menetas.
Namun, dari sepuluh bebek, ada satu nan wajahnya berbeda dari sang induk. Bentuknya lebih besar dan warnanya abu-abu.
Setiap hari, bebek abu-abu ini kudu hidup menderita lantaran diolok-olok bebek-bebek lain. Karena sedih, bebek ini pun meninggalkan peternakan dan lari ke sungai dan berjumpa dengan angsa putih nan sangat cantik.
Bebek ini berupaya tidak menghiraukan angsa itu lantaran terlalu sedih diejek bebek lain. Saat berlari menyeberangi sungai, dia tanpa sengaja memandang bayangannya sendiri di air sungai.
Betapa terkejutnya bebek ini, rupanya wajahnya sekarang berubah menjadi angsa nan cantik. Ia baru menyadari jika selama ini dirinya bukanlah itik jelek, tapi angsa nan cantik.
Pesan moral: Dari kisah ini, Si Kecil dapat belajar percaya diri. Penampilan bukanlah segalanya, nan krusial kita saling menghargai perbedaan ya.
15. Kisah Dua Kambing
Suatu hari nan menyenangkan, dua ekor kambing terlihat mencoba menyeberangi jembatan nan sudah rentan dan sempit. Kedua kambing ini mau menyeberangi jembatan, namun tak ada nan mau mengalah.
Keduanya tidak ada nan mau memberi jalan untuk nan lain dan terus bertengkar. Tanpa disadari mereka sudah melangkah sampai ke tengah jembatan.
Saat mereka berantem dan mencoba untuk menyerobot satu sama lain, jembatan itu goyah dan ambruk. Kedua kambing itu pun jatuh ke sungai bersamaan.
Dari kisah dua kambing ini, anak bisa mengambil pesan moral nan positif. Mereka dapat belajar bahwa lebih baik mengalah daripada mengalami kemalangan lantaran sikap keras kepala.
16. Kelinci Sombong dan Kura-kura
Dongeng fabel ini menceritakan Kelinci nan sombong. Ia selalu membanggakan dirinya nan bisa berlari cepat.
Suatu hari, kelinci berjumpa dengan kura-kura. Ia kaget lantaran kura-kura begitu lambat dalam berjalan. Ia pun mulai menyombongkan diri dan mengolok-olok kura-kura.
Kura-kura berupaya tidak memedulikan ucapan kelinci. "Setiap hewan bergerak dengan langkahnya sendiri. Saya mungkin lambat, tetapi saya bisa pergi kemana saka nan saya mau. Saya apalagi bisa mencapai tujuan lebih sigap dari pada kamu," kata si kura-kura.
Kelinci tidak percaya dengan perkataan kura-kura. Dia pun menantang kura-kura lomba lari. Keduanya pun setuju untuk lomba lari.
Saat lomba, kelinci berlari kencang, memimpin, dan meninggalkan kura-kura jauh di belakang. Ia percaya bisa menang, sehingga berhujung lari dan beristirahat sejenak. Tanpa disadari, kelinci justru tertidur lelap dan tak mengetahui bahwa kura-kura sudah membalapnya.
Saat dia bangun, kelinci begitu kaget lantaran kura-kura sudah sampai di garis finish. Si kelinci menghela napas, sementara kura-kura tersenyum ke arahnya.
Dongeng kura-kura dan kelinci ini mempunyai pesan moral agar anak tak menganggap remeh orang lain. Kita juga bisa mengajarkan mereka untuk tidak sombong dan selalu rendah hati.
17. Semut dan Belalang
Dongeng fabel ini menceritakan kisah belalang nan malas. Suatu hari, belalang nan sedang bersantai memandang semut lewat sembari membawa biji jagung ke sarangnya.
Belalang silam meminta semut berasosiasi bersamanya untuk bersenang-senang. Semut menolak dan memberi tahu belalang bahwa dia sedang bersiap mencari makanan untuk persediaan musim dingin. Di musim dingin, makanan bakal langka dan susah dicari.
Belalang mengabaikan cerita semut lantaran dia tak mau repot. Akhirnya musim dingin pun tiba dan belalang tidak mempunyai makanan untuk memperkuat hidup.
Ia kesusahan memperkuat hidup di musim dingin. Hal ini berbanding terbalik dengan semut. Di musim dingin, semut justru sedang menikmati jagung dalam kehangatan di sarangnya.
Dari kisah semut dan belalang ini kita dapat belajar bahwa bekerja keras dapat membuahkan hasil nan baik. Jangan menjadi anak malas dan dengarkan nasihat positif dari kawan dan orang sekitar ya.
18. Beruang dan Lebah
Berkisah tentang seekor beruang nan tengah menjelajahi rimba untuk mencari makan. Di tengah pencarian, dia menemukan pohon tumbang, di mana terdapat sarang tempat lebah menyimpan madu.
Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar pohon tersebut untuk mencari tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang tersebut. Bertepatan dengan itu, sekumpulan mini lebah terbang pulang dengan membawa banyak madu.
Mengetahui sarangnya diusik, para lebah mendekati beruang dan menyengatnya dengan tajam silam lari berlindung ke dalam lubang batang pohon. Seketika Beruang tersebut menjadi sangat marah, loncat ke atas batang nan tumbang tersebut dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah.
Tetapi perihal itu malah membikin seluruh kawanan lebah nan berada di dalam sarang keluar dan menyerang beruang. Beruang pun akhirnya lari terbirit-birit dan hanya dapat menyelamatkan dirinya dengan langkah menyelam ke dalam air sungai.
Pesan moral: Dari kisah beruang dan lebah ini adalah lebih bijak untuk menahan diri ketika ada masalah, daripada menambah masalah dengan melampiaskan emosi, Bunda.
19. Monyet dan Buaya
Seekor monyet berkawan dengan seekor buaya. Monyet tersebut biasa memberi buaya sebuah apel setiap hari dari pohon tempat tinggalnya. Istri buaya tersebut lama-kelamaan menjadi serakah dan meminta jantung monyet itu.
Buaya tersebut kemudian menggendong monyet di punggungnya dan hendak menyerahkan pada istrinya. Begitu monyet menyadari apa nan terjadi, dia memberi tahu buaya bahwa jantungnya ada di pohon dan mereka kudu kembali untuk mengambilnya. Begitu mereka kembali, monyet itu melarikan diri.
Pesan moral: Cerita fabel ini mengajarkan agar tetap tenang dan berpikir cerah apalagi dalam situasi stres dapat membantumu menemukan jalan keluar saat ada masalah.
20. Rubah dan Gagak
Pada suatu hari, hiduplah seekor rubah nan sedang kelaparan lantaran belum makan. Kemudian, rubah tersebut memandang seekor gagak nan terbang melintas membawa sepotong daging di paruhnya. Gagak tersebut pun hinggap di bagian pohon.
Rubah pun akhirnya menghampiri ke bawah pohon tempat gagak hinggap. Ia memuji gagak hingga gagak tersebut pun senang dan tersipu malu.
Melihat reaksi gagak, rubah melanjutkan rencananya. Ia kembali memuji gagak.
"Melihat penampilanmu nan luar biasa, saya percaya suaramu pasti melampaui bunyi burung lain di rimba ini. Biarkanlah saya mendengar satu lagu darimu, Nyonya Gagak. Tentu bakal terdengar sangat merdu!" kata rubah.
Gagak nan merasa tersanjung pun mulai bernyanyi. Potongan daging nan tadi ada di paruhnya pun terjatuh ke tanah dan dengan sigap dibawa pergi oleh rubah. Gagak pun menyesali peristiwa tersebut. Ia menyesal lantaran lengah telah dipuji.
Pesan moral: Dari cerita ini kita perlu belajar untuk menjadi anak nan tetap waspada. Jangan sampai pujian membikin diri kita celaka namalain dimanfaatkan oleh orang lain.
Demikian dongeng pendek nan bisa dibacakan untuk anak sebelum tidur. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)