10 Rekomendasi Film JFF 2023

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

JFF+ Independent Cinema 2023 kembali dengan tema ‘Step into Japan’. Lineup tahun ini diisi dengan movie fiksi dan dokumenter nan menampilkan pesona wilayah rural Jepang nan mungkin tidak familiar bagi kita.

Tak hanya tentang warisan budaya, pesona alam, alias narasi nan secara spesifik tentang daerahnya, secara menarik film-film juga memuat cerita fiksi dramatis nan juga artistik. Tema JFF tahun ini bakal menjadi kesempatan nan sayang untuk dilewatkan cinephile Indonesia.

Selain bisa menjadi tontonan nan menghibur, banyak movie bakal sangat menginspirasi sineas lokal untuk mengadaptasi pendekatan nan sama dalam filmmaking. Berkreasi dan mengulik potensi wilayah di Indonesia sebagai latar movie nan otentik, sentimental, namun tetap komersil dan mempunyai unsur hiburan. Berikut sederet movie pilihan dari lineup JFF 2023 nan patut ditonton. Masih ada waktu sampai 31 Oktober mendatang untuk segera di-streaming!

Lonely Glory (2022)

“Lonely Glory” merupakan movie drama keluarga. Menceritakan empat berkerabat nan mendiskusikan masa depan properti dan toko peninggalan kedua orang tua mereka. Haruka, sebagai kerabat termuda, namun mempunyai ambisi nan paling besar untuk melanjutkan kehidupan.

Plot secara keseluruhan bakal konsentrasi dengan upaya Haruka dalam menyakinkan ketiga kakaknya untuk menjual properti tersebut, kemudian membagi hasilnya. Haruka sangat berkeinginan menjual lantaran mau menggunakan uangnya untuk memulai upaya pasca dipaksa mengundurkan diri dari tempat kerja sebelumnya.

“Lonely Glory” menjadi balada warisan nan otentik dan tidak dramatis. Memperlihatkan hubungan antara kerabat nan sebetulnya tidak terlalu berkawan satu sama lain. Meski sebetulnya saling peduli dengan kelanjutan hidup masing-masing. Film ini juga hendak menunjukan latar toko kelontong di rural Jepang, serta perannya bagi family pemilik maupun penduduk sekitar.

A Girl in My Room (2022)

“A Girl in My Room” merupakan movie seram komedi nan berlokasi di Onomichi. Bercerita tentang pemuda nan barusan putus, disusul dengan kekasih nan akhirnya pindah. Meninggalkannya sendiri di apartemen nan rupanya di hantui oleh arwah wanita muda cantik. Pemuda nan telah mengeksplorasi adulthood dan arwah wanita nan meninggal sebelum menikmati masa dewasa, menciptakan hubungan nan unik dan sentimental.

Meskipun kenangan nan diciptakan dalam movie ini berkarakter personal. Kita bisa memandang hal-hal sederhana nan unik di Onomichi dari kenangan nan diciptakan kedua karakternya. Mulai dari pemandangan kota nan bagus dari tempat tinggal mereka, bioskop lokal, hingga warung makanan tersembunyi nan lezat di kota tersebut.

Follow the Light (2021)

“Follow the Light” merupakan movie drama sci-fi berlatar di area rural berjulukan Akita, merupakan kampung laman dari sutrdaranya. Menceritakan Akira, remaja Tokyo nan pindah ke kampung laman ayahnya setelah kandas menjadi musisi dan akhirnya bercerai. Mengira dirinya bakal susah beradaptasi, Akira mulai membaur ketika terlibat dalam persiapan upacara penutupan sekolah dan gadis berjulukan Maki.

Selain drama coming of age dan sentuhan sci-fi nan ringan, “Follow the Light” mengangkat rumor penurunan sumber daya di Akita sebagai latar lokasi. Dikisahkan banyak upaya gulung tikar, hasil panen menurun, hingga sekolak lokal nan tutup lantaran tak memenuhi kuota siswa baru. Kemudian dipadukan dengan masalah pribadi dari setiap karakter nan bersingungan dengan tempat tinggal mereka tersebut.

Techno Brothers (2023)

Kalau movie nan satu ini jadi salah satu nan unik, “Techno Brothers” adalah movie arthouse dari sutradara Watanabe Hirobumi nan juga menjadi salah satu tokoh dalam movie ini. Bercerita tentang unit techno berjulukan Techno Brothers, berbareng dengan manajernya, Himuro. Bersama-sama mereka hendak menuju Tokyo untuk memulai karir mereka, lantaran orang-orang di tempat asal mereka tidak memahami musik mereka. Namun selalu ada halangan nan membikin mereka terjebak di kota asal mereka, Otawara.

“Techno Brothers” terinspirasi oleh “The Blues Brothers” dan unit tekno Jerman, Kraftwerk. Film ini sangat sureal dan mengadaptasi lawakoffbeat nan eksentrik. Intisari dari movie adalah gimana unit ini berupaya membikin orang mengerti dengan musik mereka.

Baik penonton akhirnya menyukai movie ini alias sebaliknya ikutan tidak mengerti dan jenuh sepanjang film, “Techno Brothers” tetap menjadi movie dengan pesan nan tersampaikan poinnya.

Bachiranun (2021)

“Bachiranun” merupakan movie docu-fiction tentang pulau Yonaguni nan menjadi kampung laman sutradaranya, Higashimori Aika. Dipadukan dengan narasi dan footage berasas narasumber asli, serta dibawakan dengan bahasa wilayah Yonaguni, Aika juga memadukan dengan visualisasi fiksi nan dreamy dan memikat sebagai variasi. Judul dari movie ini adalah bahasa Yonaguni nan berfaedah ‘aku tidak bakal pernah melupakan’, menjadi surat cinta dari sutradara sekaligus menghimbau unuk tidak melupakan warisan budaya pulau Yonaguni di Jepang.

Secara keseluruhan, “Bachiranun” terlihat sebagai kenangan dan bagian memori dari sang sutradara bakal kampung halamannya. Dimana ada mimpi, intepretasi, dan info nyata. Ini bisa jadi inspirasi nan menarik untuk sineas muda Indonesia. Bisa jadi membikin movie nan mengangkat warisan budaya wilayah pelosokm, namun dalam bungkusan nan fresh.

A Muse Never Drowns (2022)

“A Muse Never Drowns” bercerita tentang Sasuko nan hendak berakhir melukis. Setelah kejadian dalam aktivitas sekolah, Sasuko malah menjadi sumber inspirasi dari siswa berbakat, Saibara, nan akhirnya memenangkan penghargaan untuk lukisannya. Kalau movie drama ini lebih kental dengan nuansa coming of age, penemuan jati diri dan minat, serta kenangan masa kecil.

Terutama melalui perspektif Sasuko, kita bakal memahami rasa kekecewaan ketika sedang buntu inspirasi lantaran perubahan dalam kehidupan. “A Muse Never Drowns” bisa jadi tontonan ringan nan membangkitkan semangat buat kita nan sedang mengalami mind block.

Hey! Our Dear Don-chan (2022)

Berlatar di Ueda, Michio, Gunji dan Enoken adalah tiga tokoh nan berbagi rumah. Suatu hari, dia menemukan bayi wanita nan ditinggalkan oleh mantan Michio. Mereka menamainya Don-chan, kemudian merawatnya berbareng lepas dari kesulitan dalam hidup mereka sendiri. Film ini menjadi nan spesial bagi sutrdara Okita Shuichi, dimana dia mengabadikan putrinya sendiri sebagai Don-chan dalam movie ini sejak dia berumur 6 bulan selama 3 tahun.

“Hey! Our Dear Don-chan” menjadi movie drama nan heartwarming. Menjadi tipikal drama slice of life nan menjadi kekuatan sinema Jepang. Ini menjadi salah satu nan terbaik dan worth to watch dengan lama kurang lebih 2 jam.

And Your Bird Can Sing (2018)

“And Your Bird Can Sing” merupakan movie drama percintaan dalam lineup JFF 2023. Meskipun movie sutradara Miyake Sho ini merupakan produksi 2018. Hadirkan kisah cinta tak biasa antara ‘me’, Sachiko, dan Shizuo. Dengan movie berlatar di Hakodate, kita bakal memandang ketiga karakter bekerja, sekaligus hangout bertiga di malam hari; mengunjungi club setempat, minum-minuman, sekedar menemani satu sama lain. Dengan cinta di dalamnya, namun tanpa komitmen dan larangan nan mengikat.

Naskah movie ini diangkat dari novel karya Sato Yasushi. Dimana sebetulnya berlatar di Tokyo, nan kemudian diganti sebagai kesempatan meng-highlight kehidupan pemuda pemudi di Hakodate.

TENZO (2019)

“TENZO” merupakan movie dokumenter nan mengeksplorasi keberadaan aliran kepercayaan Buddha setelah peristiwa 3.11, gempa bumi terbesar nan melanda Jepang di sekitar Dogen Zenji. Film mengikuti dua biksu muda, Ryugyo dan Chiken.

Ryugyo tinggal di Yamanashi berbareng keluarganya, menyediakan jasa konseling, menjadi pembimbing yoga, dan mengajar masakan vegan ala aliran Buddha. Sementara Chiken kehilangan kuil, family dan pengikutnya setelah tsunami di Fukushima. “TENZO” hendak menyajikan kontempletasi kepercayaan melalui pengalaman kedua biksu pasca tragedi. Dimana pada akhirnya menghadirkan oenyatuan antara komponen fiksi dan dokumenter nan unik.

HANAGATAMI (2017)

Satu lagi movie dengan presentasi unik di JFF 2023 adalah “HANAGATAMI”. Berlatar pada musim semi 1941, kita bakal mengikuti remaja 17 tahun, Toshihiko nan mencari tempat mengungsi berbareng dengan bibinya di Karatsu. Ia menghabiskan waktunya hari-hari berbareng Ukai, Kira, dan Aso, kawan sekelasnya, berpetualang dan menguji keberanian mereka.

Ia juga melabukan perasaannya pada Mina, sepupunya, dia juga menjalin hubungan nan membuatnya antusias dengan dua kawan perempuannya, Akine dan Chitose. Melalui “HANAGATAMI” merupakan movie drama nan hendak meng-highlight kehidupan remaja di Karatsu pada masa perang.

Selengkapnya
Sumber cultura
cultura